Jumat, 23 September 2011

Semesta raya


Apakah materi fundamental yang menyusun alam jagad raya ini ?
Sebelum tahun 1900 para ahli fisika menggambarkan atom adalah sebuah benda bulat dan padat ( seperti klereng besi ) yang diduga merupakan materi terkecil yang menyusun alam jagad raya ini ( The Fundamenthal Matter). Tetapi apa yang ditemukan oleh Robert Rutherford’s ( seorang ahli fisika Jerman ) dalam percobaan lempeng radiasinya, bahwa atom ternyata terdiri dari inti atom dan sub partikel atom yang mengitarinya yaitu elektron.

Perkembangan pengetahuan fisika berkembang dengan pesat, selalu hampir ditemukan hukum -hukum fisika dasar yang baru setiap 60 tahun sekali.

Einstein menemukan bahwa inti atom tersusun oleh lebih dari seratus ribu proton. Proton –proton ini terikat sangat kuat sehingga satu butir proton akan terlepas dari inti atom ( proton decay) hanya dalam waktu 10 pangkat 32 tahun sekali ( angka 10 dengan 32 angka 0 dibelakangnya).

Di ruang atmosfer atom, begentayangan berjuta –juta subpartikel atom antara lain Electron, Positron, Photon, Baryon, Meson, Lepton, Gluon, Muon, Neutrino, anti Neutrino, Quark dan anti Quark. Proton sendiri terdiri dari 2 top Quark dan 1 down Quark.

Subpartikel atom terkecil adalah Quark dengan potensial elektriknya 1,004 x 10 pangkat -34 Joule / detik.( pembaginya adalah angka 10 dengan 34 angka 0 dibelakangnya). Bilangan ini disebut limit dari Planc ( seorang ahli fisika Francis).
Disebut limit karena perhitungan fisika belum mampu menghitung potensi elektrik yang lebih kecil dari itu. Saking kecilnya Quark dapat menembus planet bumi tanpa halangan sedikitpun.

Sedangkan materi terkecil yang menyusun materi alam jagad raya ini seperti apa yang disampaikan oleh Einstein sebagai The Fundamental Matter adalah ikatan antara 6 Lepton dan 6 Quark yang diikat kuat oleh 3 medan yaitu medan Magnet, medan Electric dan medan Gravitasi.

Yang perlu dicatat adalah baik Einstein maupun para ahli-ahli fisika di pusat atom Berkeley saat ini, bahwa mereka percaya adanya dimensi ke empat dalam fisika yang mereka sebut Extra Dimension ( perbatasan methafisik dan fisik ?). Mereka percaya bahwa suatu saat nanti dimensi ke empat tersebut dapat dibuktikan secara fisika. ( sumber Internet : sub atomic particle)

Demikian atom adalah sebuah jagad, seperti ketika kita berpijak di bumi lalu melihat planet planet dan bintang di angkasa. Persis seperti apa yang disebut oleh Bhagawan Wasistha ( penasehat spiritual Sri Rama ), bahwa unsur tekecil itu ( atom) adalah sebuah dunia dimana dunia dunia yang lain datang dan pergi silih berganti.

Para ahli fisika atom mengatakan bahwa alam jagad raya ini selalu terendam oleh badai Neutrinio dan Quark ( Neutrinos and Quarks Emission in Universe ) yang berhamburan dari planet planet dan bintang bintang.

Dengan demikian tubuh kitapun mengandung unsur –unsur subpartikel atom dari matahari, planet-planet maupun bintang - bintang.
Maka secara fisik kita adalah adalah mahluk jagad raya.

Sebuah pertanyaan mendasar adalah : apakah alam jagad raya ini sepenuhnya materi fisik ?. Jika ya, berarti semua pertanyaan tentang materi akan dapat dipecahkan secara ilmu pengetahuan ( Scien). Tetapi nyatanya ujung-ujung semua pengetahuan materi masih berakhir dengan sebuah pertanyaan pula. Adakah yang disebut pengetahuan parafisika atau methafisika?

Kita sudah tahu bahwa telinga kita mempunyai kemampuan terbatas untuk mendengar. Suara-suara dengan frekwensi dibawah 10 desible dan suara dengan frekwensi ultrasonic tidak mampu kita dengar padahal suara itu ada. Demikian pula dengan pengelihatan kita, kita tidak mampu melihat sinar radiasi padahal sinar itu ada. Tentu tidak berbeda pula dengan kemampuan daya fikir kita, para ahli fisika belum mampu menghitung potensi electric yang lebih kecil dari limit Planc. Sehingga semua hasil observasi indra yang bersifat eksternal ini tidaklah patut dianggap sebuah kebenaran, dia hanya sebuah fakta. Dan sebuah fakta bisa berbeda-beda tergantung kemampuan observer.

Ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari observasi eksternal yang bersifat emperis ini berasal dari metode Barat. Dalam kitab Wedha disebut Pratyaksa Pramana yaitu pengetahuan dengan pengamatan langsung terhadap sesuatu yang dapat dihitung dan diuji. Seberapakah potensi kecerdasan Pratyaksa Pramana ini ?. Seorang ahli sitogenetik Amerika yang ditulis ole Deepak Chopra dalam bukunya Quantum Healing mengatakan bahwa dalam inti sel kita ada molekul supergenius yang bernama DNA. Suatu untaian very coilled mollekul sesuai dengan model dari Watson & Crick bahwa setiap coillednya berukuran 15 Kb ( killo Bytes). Jika molekul DNA ini direntangkan secara berderet maka setiap untaian molekul DNA ini bisa mencapai panjang 5 cm. Tubuh kita terdiri dari kurang lebih 50 trilliun sel, berarti jika semua DNA direntangkan maka panjangnya bisa mencapai 10 kali jarak Bumi Bulan. Setiap sel tubuh kita mempunyai kecerdasan tersendiri yang tersimpan pada DNA nya. Seperti yang tertulis dalam Ayur Weda bahwa kecerdasan itu berukuran dari suatu ukuran yang sangat kecil sampai meliputi ukuran yang sangat - sangat besar.
Sekalipun demikian kecerdasan Pratyaksa Pramana masih tetap terbatas .

Jika kita mati maka tubuh kita tampak tidak lebih dari seonggok pasir, lalu apakah kita menggantungkan diri pada kecerdasan seonggok pasir ?. Lalu apakah pengetahuan Eksternal atau pengetahuan fisik ini menyesatkan ? Jawabannya adalah tidak sepenuhnya. Sebab paling sedikit akan menutup kesempatan untuk membuka pintu pengetahuan Internal yaitu Anumana Pramana, pengetahuan yang langsung diterima dari Sang Maha Pencipta, Tuhan , Ida Sang Hyang Widhi, Allah SWT. yaitu pengetahuan metafisika ?

Oleh karena itu vektor konsentrasi Eksternal dan vektor konsentrasi Internal kita paling sedikit haruslah seimbang, sebab jika terjadi dominasi Eksternal terhadap Internal maka hati - hatilah kemungkinan akan meningkatkan potensi kekafiran kita ( yaitu mendewa - dewakan unsur keduniawian, termasuk kekuasaan , kekayaan, pangkat dan gelar yang bersifat sementara dan tidak kekal, lupa pada Sang Maha Pemberi serta tidak memiliki rasa syukur dan trima kasih kepada Sang Pemilik Sejati).

Ketika seorang bayi lahir maka suara pertama yang mampu diucapkannya adalah MA, berasal dari aksara suci Mang dan Ang yaitu The Fundamental Sound of The Nature ( suara gaib alam semesta atau OM ). Mang artinya peleburan atau kematian dan Ang artinya penciptaan atau kelahiran. Roh sang bayi sudah menyadari bahwa ia sedang memasuki alam yang dibatasi oleh kelahiran dan kematian. Kehidupan ini adalah sebuah dunia fisik yang ditunjang oleh 3 pilar utama yaitu Utpathi, Stiti dan Pralina.

Dengan demikian mungkin kita merupakan mahluk methafisika yang mencelat untuk sementara waktu ke ruang dimensi fisik.

Mengutip wejangan Maha Rsi Sri Yuktheswar seorang Maha Yogi India yang ditulis oleh Swami Paramahamsa Parahamsa dalam buku The Otobiografi of Yogis. Bahwa Sri Yuktheswar sudah meninggal abad 18 , tapi masih membimbing murid-muridnya dari alam Bhwah ( alam Astral) sehingga beliau disebut The Imvisible Teacher ( guru yang tidak tampak) bahwa :” Tubuh manusia terdiri dari 35 unsur yaitu 16 unsur Panca Maha Butha ( unsur fisik) dan 19 unsur astral. Jika manusia itu mati ia masih memiliki tubuh astral untuk kehidupan di alam astral “.

Perbedaan waktu antara waktu bumi dan waktu astral adalah 1 menit waktu astral sama dengan 5 tahun waktu bumi, berarti jika orang itu hidup 100 tahun waktu bumi berarti ia baru saja meninggalkan alam astral hanya 20 menit waktu astral. Jika ia bereinkarnasi setelah 2 jam waktu astral maka ia akan lahir kebumi 600 tahun kemudian.

Pertanyaan terakhir apakah keberadaan materi itu benar –benar ada, atau hanya merupakan kondensasi energi atau kondensasi gema ( suara) ?, maka keputusan terakhir bahwa kebenaran sejati hanya ada di tangan Nya. Sang Hyang Acinthya.

Sesuatu yang paling urgen dalam hidup adalah berserah diri kehadapan Sang Penguasa dunia dan akhirat. Kenapa sangat urgen?. Karena kita tidak tahu apakah besok kita masih punya hari esok.

Aktivitas kehidupan hanyalah untuk Ibadah dan persembahan kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa yaitu Panca Yadnya.( lima pengabdian dan pelayanan yang ikhlas dalam hidup se hari-hari ). Dewa yadnya pelayanan kepada Tuhan, Manusia Yadnya pelayanan kepada masyarakat, Rsi Yadnya pelayanan kepada guru, Pitra Yadnya pelayanan kepada keluarga, Butha Yadnya pemeliharaan kepada lingkungan ekosistem dan semua fasilitas baik pribadi maupun umum.

Dikatakan pengetahuan dan amal perbuatan tidak menjamin keselamatan manusia. Seperti apa yang dikutip oleh HR Muslim tentang sabda Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat :

Ketika Sang Nabi bersabda, “ Dekatkan diri kalian kepada Allah dan berpegang teguhlah pada keyakinan kalian. Ketahuilah bahwa tidak seorangpun dari kalian yang akan selamat karena amal perbuatannya “, maka para sahabat agak bingung.
Mereka bertanya , “ Tidak juga Engkau wahai Rasulullah?”.
Beliau menjawab ,” Tidak juga saya. Kecuali Allah melimpahkan rahmat dan karuniaNya”.

Mungkin kalau terlalu menepuk dada terhadap amal perbuatan hanya akan memperbesar ego dan cendrung mengesampingkan kebesaranNya Berserah diri kepada Allah akan melunturkan ego sehingga bathin kita menjadi bersih dan akan lebih mudah untuk dituntun kejalan yang benar.

Begitu juga sabda Yesus yang dikutip oleh seorang pendeta Spanyol dalam buku The Gospel of Barnabas.

“ Jangan kira, dengan bekal ilmu pengetahuan kau dapat menyelamatkan dirimu. Yang dapat menyelamatkan hanyalah Kurnia Allah “

Dalam lontar Sarasamuschaya tertulis sbb : “ Ring Helet, ring Alas, ring Pringga, ring Laya saluwiring duka hetu, ring paperangan kuneng, tartke juga ikang baya ri Sang Dharmika. Apan ikang C`uba Karma rumaksa sira “.
Artinya : di semak belukar, di hutan lebat, ditebing yang curam, disegala jenis kesulitan dan di medan perang sekalipun, tidak juga akan ada bahaya bagi mereka yang selalu malakukan perbuatan kasih, karena kasih itu sendiri akan berbalik melindungi pelakunya.

Kasih adalah manifestasi sifat Tuhan sendiri. Allah yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang .

Dalam lontar Lubdhaka, ditulis alkisah seorang pemburu yang bernama Lubdakha terjebak dalam hutan belantara dan dihadang oleh puluhan harimau. Sang pemburu bermalam diatas pohon dan karena ketakutan yang amat sangat ia berserah diri sepenuhnya kepada Ciwa ( Tuhan ) dengan mengucapkan Om Namo Ciwayam semalam suntuk. Diakhir ceritra sang pemburu selamat dan masuk sorga.

Dan kami titipkan sebuah puisi berserah diri yang fantastis dari seorang penyembah Krisna .
“ Oh Krisna, kumohon jadikanlah aku debu, guna menyuburkan rumput –rumput yang diinjak oleh para penyembahMU”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar