Jumat, 26 Agustus 2011

Perselisihan.

Dikutip dari Talmud Babilonia, Bava Mezia 84a

Suatu hari, Resh Lakhis, seorang laki-laki muda yang dulunya adalah seorang gladiator dan bandit, melihat Rabi Yochanan, seorang ahli agama terkemuka saat itu, sedang mandi disungai Yordan.
Gladiator muda itupun melompat ke kolam dan mereka mulai berbincang-bincang. Terkesan dengan penampilan fisik Resh Lakhis dan kecerdasannya, Rabi Yochanan berkata kepadanya: KEKUATAN SEPERTI YANG ANDA MILIKI SEHARUSNYA DIABDIKAN UNTUK TAURAT. Resh Lakhis balas berkata: TUBUH SEPERTI ANDA SEHARUSNYA DIPERSEMBAHKAN KEPADA PEREMPUAN. Ia mengucapkan kata-kata tersebut karena Rabi Yochanan adlah seorang laki-laki yang tampan.
JIKA ANDA MAU BERTOBAT, SAYA AKAN MENGATUR AGAR ANDA MENIKAHI SAUDARA PEREMPUAN SAYA. PENAMPILANNYA LEBIH MENARIK DARIPADA KU. Jawab Rabi Yochanan.
Ketika Resh Lakhis setuju, Rabi Yochanan pun mengatur pernikahan itu. ia juga menjadi pengajar Resh Lakhis. Dalam beberapa tahun, mantan gladiator dan bandit itu menjadi salah seorang ahli agama terkemuka.
Beberapa waktu kemudian, terjadi perdebatan dalam sekolah Rabi Yochanan. Pokok perdebatan tersebut menyangkut hal yang pada dasarnya bersifat teknis. Fokus pembicaraan mereka berkisar seputar proses produksi ketika bermacam-macam benda menjadi rentan terhadap kenajisan.
Rabi Yochanan berpendapat bahwa benda-benda yang terbuat dari besi, seperti pedang, pisau, maupun belati, dianggap telah sepenuhnya utuh sebagai suatu benda hanya ketika pandai besi menempa benda-benda itu di pembakaran. Oleh karena itu rentan terhadap kenajisan. Resh Lakhis tidak setuju terhadap pendapat sang Rabi, ia berpendapat bahwa barang-barang tersebut baru dapat dinilai secara lengkap pada saat pandai besi memasukkannya ke air dingin.

Tidak senang karena dibantah di muka umum, Rabi Yochanan berkata dengan kasar: SEORANG PERAMPOK MENGERTI DENGAN BAIK YANG MENJADI URUSANNYA.
Terkejut dengan tanggapan Yochanan yang mengungkit masa lalunya, Resh Lakhis berkata: HAL BAIK APA YANG TELAH ANDA LAKUKAN TERHADAP SAYA DENGAN MEMBUJUK SAYA UNTUK MENINGGALKAN HIDUP SEBAGAI SEORANG BANDIT? DIANTARA PARA GLADIATOR SAYA DIPANGGIL “g u r u”, DISINI-PUN SAYA DIPANGGIL “g u r u”.
HAL BAIK APA YANG AKU LAKUKAN KEPADAMU! Kata Yochanan tetap dengan amarah. ANDA TELAH DIBAWA KE BAWAH LINDUNGAN SAYAP TUHAN!

Setelah peristiwa tersebut, Resh Lakhis sakit parah. Para rabi yakin bahwa ini terjadi karena ia telah menyinggung perasaan Rabi Yochanan.
Istri Resh Lakhis yang adalah saudara perempuan Rabi Yochanan, meminta kakaknya untuk mendoakan kesembuhan suaminya, tetapi Yochanan menolak.
JIKA TIDAK BERDOA UNTUK SUAMI SAYA, BERDOALAH UNTUK ANAK-ANAK SAYA AGAR MEREKA TIDAK MENJADI PIATU!

SAYA AKAN MERAWAT ANAK-ANAKMU, JIKA SUAMIMU MENINGGAL, ujar Yochanan.
BERDOALAH AGAR SAYA TIDAK MENJADI JANDA, pinta saudara perempuannya itu.

SAYA AKAN MEMBIAYAI HIDUPMU, JIKA SUAMIMU MENINGGAL, ujar Rabi Yochanan.

Tidak lama kemudian, Resh Lakhis meninggal. Rabi Yochanan pun mengalami depresi. Para rabi meminta Elazar ben Pedat, seorang sarjana agama yang cerdas yang pernah mereka temui, untuk belajar pada Rabi Yochanan. Mereka berharap agar pemuda yang cerdas itu bisa menghibur Rabi Yochanan dari kesedihannya.



Rabi Elazar ben Pedat duduk di sebelah Rabi Yochanan. Setiap kali Rabi Yochanan meyatakan pendapatnya, si rabi muda akan berkata: SAYA TAHU SUMBER LAIN YANG MENDUKUNG PENDAPAT ANDA.

Rabi Yochanan akhirnya berkata kepada si rabi muda, APAKAH KAMU BERMAKSUD MENYAMAKAN DIRI DENGAN RESH LAKHIS? SETIAP KALI SAYA MENYATAKAN PENDAPAT SAYA, RESH LAKHIS AKAN MENGEMUKAKAN 24 KEBERATANNYA MENGENAI APA YANG SAYA KATAKAN. IA MEMAKSA SAYA UNTUK MEMBERI ALASAN ATAS SETIAP PERATURAN YANG SAYA SAMPAIKAN SEHINGGA PADA AKHIRNYA PERSOALAN MENJADI SUNGGUH-SUNGGUH JELAS. NAMUN YANG KAMU LAKUKAN ADALAH MENGATAKAN KEPADA SAYA BAHWA KAMU TAHU SUMBER LAIN YANG MENDUKUNG PANDAPAT SAYA. BUKANKAH SAYA SENDIRI TAHU APA YANG SAYA KATAKAN BENAR?


Rabi Yochanan menjauhi pemuda itu ,mengoyak pakaiannya dan mengejutkan banyak orang dengan berteriak: DIMANA KAMU, LAKHIS, PUTERAKU! Ia berteriak berulang-ulang dengan suara keras.
Akhirnya Rabi Yochanan kehilangan kesadarannya. Para rabi berdoa kepada Tuhan untuk mengampuninya, segera setelah itu iapun meninggal.


Pesan:
Perselisihan antara Rabi Yochanan dan Resh Lakhis sungguh merupakan salah satu cerita yang menyedihkan. Dua sahabat akrab bertengkar dan slah satunya meninggal sebelum mereka berdamai.
Sahabat yang masih hidup sangat sedih sehingga hanya kematianlah yang dapat menghilangkan kesedihan itu.
Faktor yang mungkin memperparah rasa sedih tersebut adalah bahwa perselisihan yang berakhir dengan kematian itu terjadi hanya karena masalah sepele.Pelajaran penting dari kisah ini, berguna bagi siapapun. Bahwa betapapun marahnya Anda selama perdebatan atau pertengkaran, tetaplah fokus pada pokok permasalahan.Jangan pernah menggunakan informasi pribadi yang melukai untuk mematahkan pernyataan lawan debat Anda. Ketidak snggupan untuk melaksanakan aturan sederhana inilah yang mengubah begitu banyak pertengkaran yang relatif biasa saja menjadi perselisihan penuh amarah, yang sering menyebabkan putusnya hubungan antar teman atau anggota keluarga dekat.
Kebencian membuat sebuah garis lurus menjadi bengkok, ketika seseorang marah, pikiran mereka “BENGKOK”
Tiba-tiba, seseorang yang biasanya baik dan bertanggung jawab, seperti Rabi Yochanan, dapat mengucapkan hal-hal yang mengerikan. Karena ia tidak mendapatkan argumen lagi untuk mengalahkan Resh Lakhis, Rabi Yochanan memanfaatkan sesuatu yang sangat personal.Bagaimana mungkin orang memilih penjelasan Resh Lakhis daripada penjelasannya, atas dasar fakta bahwa Resh Lakhis adalah seorang mantan Gladiator dan pencuri? Pikir Rabi Yochanan.

Perhatikan ini:
Satu jam sebelum pertengkaran, coabalah Anda meminta Rabi Yochanan untuk menyebutkan nama murid terbaik dan teman terdekatnya, ia pun tanpa ragu-ragu akan menyebut RESH LAKHIS.Namun sekarang, setelah pertengkaran tersebut, sekalipun Resh Lakhis sudah sekarat, Yochanan tetap tidak memperlunak sikapnya.
“SAYA AKAN MERAWAT ANAK-ANAKMU YANG YATIM”, ia meyakinkan saudara perempuannya. “SAYA AKAN MENANGGUNG BIAYA HIDUPMU JIKA ENGKAU MENJADI JANDA”
Jaminan ini sungguh tidak relevan! Saudara perempuan Rabi Yochanan tidak datang kepadanya karena khawatir mengenai kondisi perekonomian keluarganya. Sesungguhnya ia berharap agar kedua laki-laki terpenting dalam hidupnya, yaitu saudara laki-laki dan suaminya mau BERDAMAI.Ia semestinya telah berpikir; jika Yochanan mengunjungi suaminya sekarang, mungkin ia akan segera sembuh. Namun, karena Rabi Yochanan tidak memperlembut hatinya, kedua laki-laki itu berada dalam kutukan.
Setiap tahun, puluhan ribu keluarga tercerai-berai, persahabatan hancur, karena pihak-pihak yang bertikai tidak bertengkar secara proporsional.


Ketika bertengkar dengan seseorang, Anda memiliki hak untuk mengungkapkan masalah, mengemukakan pendapat, menjelaskan mengapa Anda berpikir bahwa orang lain salah, bahkan menjelaskan apa yang Anda rasakan mengenai permasalahannya.
Namun hanya inilah hak yang Anda miliki. Anda tidak memiliki hak moral untuk memojokkan posisi lawan dengan menyangkut-pautkannya dengan msalah pribadi.


Mengangkat informasi tentang masa lalu seseorang, yang Anda ketahu dengan sangat baik karena hubungan akrab sebelumnya, sangatlah tidak etis. Terlebih jika Anda menggunakan informasi itu untuk menyerangnya.Namun banyak orang sering melakukan hal tersebut, lalu marah ketika orang lain memutuskan hubungan atau menyerang balik dengan komentar yang sama.Kata-kata membawa konsekwensi tertentu. Jika Anda menggunakannya untuk melukai seseorang, korban Anda akan mencari cara untuk membalas menyakiti Anda.


Hal inilah yang terjadi antara Rabi Yochanan dan Resh Lakhis.


“Belajar beradu kata secara etis dan santun adalah sebuah cara untuk menghidari kepahitan hidup semacam itu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar