Senin, 22 Agustus 2011

Gudo dan pemandangan

Dalam pertapaan yang ketat, Gudo melihat muridnya terlalu tegang dalam bermeditasi. Lalu ia mengajak murid itu utk berlibur menikmati pemandangan gunung dan danau yg sangat indah.
Murid itu senang sekali. Nampak dari wajahnya yang menjadi ceria dan segar.
Murid berkata, "Alangkah indahnya, luar biasa!". Gudo pun tersenyum.

Keesokan harinya, selesai sessi meditasi dimana mereka berbincang antara guru dan murid. Sang murid berkata, "Guru, gunung dan danau itu sungguh sangat indah, luar biasaa..!"
Dan Gudo spontan menampar murid itu.

*******************************************
Kesimpulannya adalah:

Sewaktu murid berada di pinggir danau melihat gunung, maka keindahan itu adalah FAKTA. Maka Gudo menanggapinya dengan senyum. Karena itu adalah kebenaran.

Tetapi, manakala di ruangan kelas. Gunung dan danau itu tidak ada. Yang ada hanyalah angan-angan si murid. Si murid melayang-layang dalam ingatan/ memorinya yg merupakan masa lalu. Bukan sesuatu yg faktuil saat ini. Maka Guru menamparnya agar terbangun.

Lihatlah bagaimana pikiran kita selalu bergerak ke masa lalu atau ke masa depan. Apabila masa lalu indah / senang/ suka , kita ingin memperpanjangnya. Sehingga pada detik kemudian memunculkan keinginan-keinginan baru. Sedangkan masa lalu buruk/sedih, kita mengingkarinya, lalu membuat idea2 tentang kebaikan. Itu semua palsu atau hanya sebatas idea yang bukan realita.
Baik keinginan2 ataupun penolakan2 itu semua adalah sumber derita. Dan semua itu berasal dari si AKU yg menginginkan dan menolaknya. Sedangkan manakala pikiran berhenti, maka aku pun padam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar