Kamis, 23 Desember 2010

Fleming

Fleming

Alexander Fleming
kelemahlembutan itu seperti emas terukir, dalam rangkulan kasih mesra Sang Khalik dan ciptaannya.. mengalirkan keindahan yang tak terucap kata..
(Berbahagialah orang yang lembut hatinya.. karena mereka akan memiliki bumi)
Namanya Fleming, ia adalah seorang petani Skotlandia yang miskin. Pada suatu hari, saat petani itu sedang mengerjakan kebunnya, perlahan-lahan ia mendengar teriakan minta tolong. Sejenak ia berhenti dan mencoba mengamati lagi teriakan itu. Jelas sekarang, teriakan itu berasal dari rawa-rawa di dekat kebunnya. Yup, kebun petani itu memang berada di dekat danau, dimana di pinggir danau tersebut terdapat rawa-rawa yang ditumbuhi lebat dengan berbagai ilalang.
Fleming segera meletakkan peralatannya dan berlari menuju rawa-rawa itu. Dilihatnya seorang anak sedang bergelut dengan api. Mungkin anak itu telah bermain-main dengan bubuk mesiu, yang saat itu bertaburan di tubuhnya. Entah bagaimana bubuk mesiu itu telah terbakar, dan nyala api telah menjilati tubuhnya. Api gemericik yang mulai menyala dikaki itu tentunya menimbulkan efek yang sangat menyakitkan. Jika tidak segera dihentikan, perlahan namun pasti seluruh tubuh anak itu akan terbakar.
Dengan berbagai upaya, akhirnya petani itu dapat mematikan api di kaki anak kecil itu. Setelah membalut luka di kakinya dan memastikan anak itu dapat berjalan lagi, petani itu melepas anak itu pergi. Anak itu juga tidak lupa mengucapkan terima kasih serta menanyakan nama petani tersebut.
Esok paginya, sebuah kereta kuda milik bangsawan datang ke gubug petani itu.  Bangsawan itu mengaku sebagai bapak dari anak yang telah diselamatkan oleh Fleming kemarin.
“Aku ingin memberimu uang, yang mungkin jumlahnya cukup untuk membangun gubugmu hingga menjadi rumah yang layak ditinggali.” Kata bangsawan itu, “Semua ini saya lakukan sebagai tanda terima kasih saya, karena bapak telah menyelamatkan anak saya.”
“Wah.. Pak, maaf!” Jawab petani itu,”Saya tidak bisa menerima pemberian atas setiap pertolongan yang telah saya berikan, saya hanya melakukannya karena itu memang sudah menjadi kewajiban saya..”
Sebelum sempat bangsawan itu menjawab, tiba-tiba seorang anak dengan pakaian compang-camping berlari masuk rumah.
“Apa itu anakmu?” Tanya si bangsawan.
“Ya, pak” petani itu menjawab.
“Bagaimana jika kita buat kesepakatan.” Bangsawan itu berkata, “Ijinkan aku untuk merawat anakmu itu, aku akan memberikannya pendidikan yang baik, di sekolah terkemuka.” Ia melanjutkan, “Ijinkan aku menolong masa depan anakmu, seperti halnya bapak telah menyelamatkan masa depan anak saya, saya percaya anak itu kelak akan tumbuh menjadi orang besar, ia akan mewarisi kelemahlembutan dan hati yang luar biasa seperti bapaknya.”
Petani itu tidak dapat berkata apa-apa selain mengijinkan bangsawan itu membawa anaknya. Sekalipun hidup diantara bangsawan, anak itu juga tetap sesekali pulang untuk menemui ayahnya. Tidak ada kesombongan sama sekali yang tumbuh di hati anak itu.
Sepuluh tahun kemudian, anak ke tiga Fleming tersebut telah lulus dari sebuah sekolah medis di London. Beberapa waktu kemudian, dunia mengenal putra Fleming tersebut sebagai Alexander Fleming, seorang tokoh besar ilmu medis, penemu Penisilin.
(diterjemahkan dan ditulis ulang dari “Use Your Heart”, Jim Peterson, 1997)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar