oleh Isabella Eiza Kesuma Jaya pada 06 Oktober 2010 jam 20:08
Dari kejauhan, lampu lalu lintas masih
menyala hijau.. Jono segera
menekan pedal gas kendaraannya. Ia tidak
mau terlambat. Apalagi ia tahu
perempatan itu cukup padat, sehingga lampu
merah biasanya menyala cukup
lama. Kebetulan jalan di depannya agak
lengang. Lampu menjadi kuning,
hati Jono berdebar, berharap ia bisa
melewatinya segera.
Tiga meter menjelang garis jalan, lampu
merah menyala. Jono bimbang,
haruskah ia berhenti atau terus saja. "Ah, aku
tidak punya kesempatan
untuk menginjak rem mendadak," pikirnya
sambil terus melaju.
Priiiittttt. ....!!!!!
Di seberang jalan seorang polisi melambaikan
tangan meminta Jono untuk
berhenti. Jono menepikan kendaraannya
sambil mengumpat dalam hati. Dari
kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Hey, itu
khan Bobi, teman
mainnya semasa SMA dulu. Hati Jono agak
lega. Ia melompat keluar sambil
membuka kedua lengannya. "Hai Bob, senang
sekali bertemu kamu
lagi!""Hai Jon," tanpa senyum.
"Duh, sepertinya aku kena tilang nih?
Memang aku agak terburu-buru. Istri saya
sedang menunggu di rumah."
"Oh ya?"Tampaknya Bobi agak ragu. Nah,
bagus kalau begitu."Bob, hari
ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak
sudah menyiapkan segala
sesuatunya.
Tentu aku tidak boleh terlambat dong.""Saya
mengerti, tapi sebenarnya
kami sering memperhatikanmu melintasi
lampu merah di persimpangan
ini."Ooooo, sepertinya tidak sesuai dengan
harapan. Jono harus ganti
strategi."Jadi kamu hendak menilangku?
Sungguh, tadinya aku tidak
melewati lampu merah...
sewaktu aku lewat lampunya masih kuning."
Aha, terkadang berdusta sedikit bisa
memperlancar keadaan.
"Ayo dong Jon. kami melihatnya dengan jelas.
Tolong keluarkan SIM-mu!"
Dengan ketus Jono menyerahkan SIM, lalu
masuk ke dalam kendaraan dan
menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi
menulis sesuatu di buku
tilangnya.
Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca
jendela. Jono memandang wajah
Bobi dengan penuh kecewa. Percuma saja
berkawan, pikir Jono.
Kawanpun ditilang juga.... Dibukanya kaca
jendela itu sedikit. Ah, lima senti sudah cukup
untuk memasukkan surat tilang.
Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya.
Jono mengambil surat tilang
yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela.
Tapi, hey apa ini?
Ternyata SIM-nya dikembalikan dengan
sebuah nota.
Kenapa ia tidak menilangku? Lalu nota ini
apa? Semacam guyonan atau
apa? Buru-buru Jono membuka dan membaca
nota yang berisi tulisan tangan
Bobi.
"Halo Jono,Tahukah kamu Jon, dulu aku
mempunyai seorang anak perempuan.
Sayang, ia sudah meninggal tertabrak
pengemudi yang ngebut menerobos
lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama tiga
bulan. Begitu bebas, ia bisa
bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi.
Sedangkan anak kami
satu-satunya telah tiada.Kami terus berusaha
dan berharap agar Tuhan
berkenan mengkaruniai seorang anak agar
dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan
pengemudi itu. Betapa sulitnya,
begitu juga kali ini.Maafkan aku Jon, doakan
agar permintaan kami
dikabulkan. Berhati-hatilah. Salam, Bobi."Jono
terhenyak. Ia segera
keluar dari kendaraan mencari Bobi.
Namun Bobi sudah meninggalkan pos
jaganya entah kemana. Sepanjang jalan
pulang ia mengemudi perlahan dengan hati
tak menentu, sambil berharap
kesalahannya dimaafkan... ..Tak selamanya
pengertian kita harus sama
dengan pengertian orang lain.
Bisa jadi suka kita tidak lebih dari duka rekan
kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah
dengan penuh hati-hati.
Drive safely guys......jangan terobos lampu
merah !!!
menyala hijau.. Jono segera
menekan pedal gas kendaraannya. Ia tidak
mau terlambat. Apalagi ia tahu
perempatan itu cukup padat, sehingga lampu
merah biasanya menyala cukup
lama. Kebetulan jalan di depannya agak
lengang. Lampu menjadi kuning,
hati Jono berdebar, berharap ia bisa
melewatinya segera.
Tiga meter menjelang garis jalan, lampu
merah menyala. Jono bimbang,
haruskah ia berhenti atau terus saja. "Ah, aku
tidak punya kesempatan
untuk menginjak rem mendadak," pikirnya
sambil terus melaju.
Priiiittttt. ....!!!!!
Di seberang jalan seorang polisi melambaikan
tangan meminta Jono untuk
berhenti. Jono menepikan kendaraannya
sambil mengumpat dalam hati. Dari
kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Hey, itu
khan Bobi, teman
mainnya semasa SMA dulu. Hati Jono agak
lega. Ia melompat keluar sambil
membuka kedua lengannya. "Hai Bob, senang
sekali bertemu kamu
lagi!""Hai Jon," tanpa senyum.
"Duh, sepertinya aku kena tilang nih?
Memang aku agak terburu-buru. Istri saya
sedang menunggu di rumah."
"Oh ya?"Tampaknya Bobi agak ragu. Nah,
bagus kalau begitu."Bob, hari
ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak
sudah menyiapkan segala
sesuatunya.
Tentu aku tidak boleh terlambat dong.""Saya
mengerti, tapi sebenarnya
kami sering memperhatikanmu melintasi
lampu merah di persimpangan
ini."Ooooo, sepertinya tidak sesuai dengan
harapan. Jono harus ganti
strategi."Jadi kamu hendak menilangku?
Sungguh, tadinya aku tidak
melewati lampu merah...
sewaktu aku lewat lampunya masih kuning."
Aha, terkadang berdusta sedikit bisa
memperlancar keadaan.
"Ayo dong Jon. kami melihatnya dengan jelas.
Tolong keluarkan SIM-mu!"
Dengan ketus Jono menyerahkan SIM, lalu
masuk ke dalam kendaraan dan
menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi
menulis sesuatu di buku
tilangnya.
Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca
jendela. Jono memandang wajah
Bobi dengan penuh kecewa. Percuma saja
berkawan, pikir Jono.
Kawanpun ditilang juga.... Dibukanya kaca
jendela itu sedikit. Ah, lima senti sudah cukup
untuk memasukkan surat tilang.
Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya.
Jono mengambil surat tilang
yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela.
Tapi, hey apa ini?
Ternyata SIM-nya dikembalikan dengan
sebuah nota.
Kenapa ia tidak menilangku? Lalu nota ini
apa? Semacam guyonan atau
apa? Buru-buru Jono membuka dan membaca
nota yang berisi tulisan tangan
Bobi.
"Halo Jono,Tahukah kamu Jon, dulu aku
mempunyai seorang anak perempuan.
Sayang, ia sudah meninggal tertabrak
pengemudi yang ngebut menerobos
lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama tiga
bulan. Begitu bebas, ia bisa
bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi.
Sedangkan anak kami
satu-satunya telah tiada.Kami terus berusaha
dan berharap agar Tuhan
berkenan mengkaruniai seorang anak agar
dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan
pengemudi itu. Betapa sulitnya,
begitu juga kali ini.Maafkan aku Jon, doakan
agar permintaan kami
dikabulkan. Berhati-hatilah. Salam, Bobi."Jono
terhenyak. Ia segera
keluar dari kendaraan mencari Bobi.
Namun Bobi sudah meninggalkan pos
jaganya entah kemana. Sepanjang jalan
pulang ia mengemudi perlahan dengan hati
tak menentu, sambil berharap
kesalahannya dimaafkan... ..Tak selamanya
pengertian kita harus sama
dengan pengertian orang lain.
Bisa jadi suka kita tidak lebih dari duka rekan
kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah
dengan penuh hati-hati.
Drive safely guys......jangan terobos lampu
merah !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar