Rabu, 24 Agustus 2011

Kesadaran sejati.

Satu sifat melingkupi seluruh sifat dengan sempurna;
Satu Dharma mencakup semua Dharma;
Satu bulan muncul dalam semua permukaan air;
Bulan-bulan yang dipantulkan di atas permukaan air adalah satu.

Kebenaran tidak tegak, kepalsuan itu semula kosong.
Saat keberadaan dan bukan keberadaan disingkirkan, yang bukan kosong adalah kosong.
Dua puluh pintu kekosongon mengajarkan ketidakmelekatan.
Hakikat semua Tathagata adalah satu; keadaan mereka adalah sama.

Setelah mencapai tubuh Dharma, tiada apa-apa lagi;
Hakikat diri yang sejati adalah Buddha asal.
Panca skandha itu - datang dan perginya awan-awan terapung yang kosong;
Tiga racun itu - muncul dan lenyapnya gelembung-gelembung air yang hampa.

Saat yang sejati dialami, tidak ada orang ataupun Dharma.
Dalam sesaat karma avici dihancurkan sempurna.
Tidak ada kejahatan atau kebaikan, tidak ada yang hilang atau yang dicapai.
Jangan mencari sesuatu dalam hakikat Nirvana ini.

Siapa yang tidak memiliki pemikiran?
Siapa yang tidak memiliki kelahiran?
Jika yang tidak dilahirkan itu nyata,
maka tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan.

Letakkan empat unsur, jangan bergantung kepada apapun;
Dalam hakikat Nirvana ini, jangan terikat saat makan dan minum.
Seluruh fenomena adalah sementara; semuanya kosong.
Inilah pencerahan sempurna dari Sang Tathagata.

Inilah kendaraan sejati.
Orang yang menentang dikuasai oleh perasaan.
Langsung ke akar cahaya adalah ciri Buddha;
Tidak perlu mencari ranting atau memetik daun.

Mutiara mani tidak dikenal orang;
Engkau dapat menemukannya dalam Tathagata-garbha.
Fungsi enam indria kosong dan sekaligus tidak kosong,
Seberkas cahaya sempurna dengan bentuk tapi tanpa bentuk.

Sucikan lima mata untuk mencapai lima kekuatan.
Hanya setelah realisasi orang dapat memahami.
Untuk melihat bayangan dalam sebuah cermin tidaklah sulit.
Bagaimana orang dapat menggenggam bulan dalam air?

Harta yang tak ternilai memiliki manfaat yang tiada akhir;
Tiada keragu-raguan saat menolong yang lain.
Tiga tubuh dan empat kebijaksanaan lengkap di dalam intinya,
Delapan kebebasan dan enam kekuatan tubuh adalah ciri landasan batin.

Untuk orang-orang besar, satu penembusan mencapai segalanya;
Untuk yang sedang dan yang rendah, makin banyak yang mereka dengar, makin sedikit yang mereka percayai.
Engkau hanya perlu membuang pakaian kotor di dalam;
Tidak perlu memamerkan kecerdasanmu pada yang lain.

Mengerti sepenuhnya prinsip dasar dan ajaran,
Samadhi dan kebijaksanaan adalah sempurna dan jelas tidak berhenti dalam kekosongan.
Aku tidak hanya mencapai ini sekarang;
Inti para Buddha yang tidak terhitung banyaknya sebenarnya sama.

Tidak mencari yang sejati, tidak menolak yang palsu,
Menyadari bahwa keduanya adalah kosong dan tidak berbentuk.
Tidak ada bentuk, tidak ada kekosongan dan tidak ada bukan kekosongan;
Inilah ciri sejati Sang Tathagata.

Cermin batin memantul tanpa halangan;
Keluasan dan kemurniannya memancar menembus tak terhitung banyaknya dunia,
Fenomena yang bermacam-macam semua mewujud;
Bagi ia yang telah cerah sepenuhnya, tidak ada di dalam maupun di luar.

Ksatria besar memakai pedang kebijaksanaan;
Ujung mata pisau prajna ini bersinar seperti sebuah intan.
Ia tidak hanya menghancurkan pikiran dari jalan-jalan sebelah luar,
tetapi sejak lama membuat iblis-iblis surgawi melarikan diri.

Ia tidak aus dan tidak dapat disanjung
Unsur-unsurnya seperti ruang yang tidak terbatas.
Tanpa meninggalkan tempatnya berada, kebangkitan ini terus jernih.
Kalau mencari, engkau tahu ia tidak dapat ditemukan.
Ia tidak dapat digenggam, tidak juga dapat dibuang;
Ia dicapai hanya di dalam yang tidak dapat dicapai.

Pikiran adalah sebuah indria; Dharma adalah obyeknya;
Keduanya seperti bekas-bekas di cermin.
Saat debu disingkirkan, terang mulai datang.
Ketika pikiran maupun dharma dilupakan, inilah hakikat sejati.

Dengan pikiran jahat dan pengertian salah,
Orang tidak dapat menembus prinsip pencerahan seketika yang sempurna dari Sang Tathagata.
Banyak yang mengikuti ajaran, meskipun rajin, melupakan batin sejati.
Praktisi-praktisi jalan sebelah luar boleh jadi cerdas, namun mereka kurang memiliki kebijaksanaan.

Yang bodoh dan yang dungu berpikir
Bahwa kepala terpisah dari jari yang menunjuk.
Mengira telunjuk adalah bulan, mereka berlatih dengan sia-sia,
Cuma membangun khayalan-khayalan aneh dalam dunia indria dan obyek,
Tidak merasakan satu dharma pun: Inilah Sang Tathagata.
Hanya setelah ini orang dapat disebut Pengamat Tertinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar