Ketika seorang guru Zen mencapai penerangan budi, ia menulis baris-baris berikut ini untuk memperingatinya:
'Wahai, keajaiban yang mengagumkan:
Aku memotong kayu!
Aku menimba air dari sumur!'
Bagi kebanyakan orang, tidak ada sesuatu yang mengagumkan dalam perbuatan sehari-hari seperti menimba air dari sumur atau memotong kayu. Sesudah penerangan budi, sebetulnya tidak ada sesuatu yang berubah. Segala sesuatu tetap sama. Hanya saja saat itu hatimu penuh rasa kagum. Pohon masih tetap pohon. Orang-orang masih tetap sama seperti dahulu, demikian juga engkau. Kehidupan berjalan terus, tiada bedanya. Mungkin kamu masih pemurung atau pemarah, penuh pertimbangan atau gegabah, sama seperti sebelumnya. Tetapi ada satu perbedaan besar: Sekarang semuanya itu kau lihat dengan mata yang berbeda. Engkau semakin terlepas dari semuanya. Dan hatimu penuh dengan rasa kagum.
Inilah inti dari kontemplasi: ada rasa kagum.
Kontemplasi berbeda dengan ekstase, karena ekstase membuat orang mengasingkan diri. Seorang kontemplatif yang telah mendapat penerangan budi tetap akan memotong kayu dan menimba air dari sumur. Kontemplasi berbeda dengan menikmati keindahan, karena menikmati keindahan (sebuah lukisan atau matahari) menimbulkan kepuasan estetis, sedangkan kontemplasi menimbulkan rasa kagum --entah apa yang dilihat, matahari terbenam atau sebongkah batu saja.
Inilah keistimewaan yang terdapat pada anak kecil: Sering ia merasa kagum. Maka selayaknya ia masuk ke dalam Surga.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar