Minggu, 26 Desember 2010

SAHABATKU





Malik bin Dinar, sangat marah karena seorang pemuda yang hidup di sebelah rumahnya bertindak kurang ajar. Lama ia tidak berbuat apa-apa. Ia berharap, orang lain akan turun tangan. Tetapi setelah perilaku pemuda itu menjadi sungguh keterlaluan, maka Malik menegurnya, agar ia mengubah kelakuannya.

Pemuda itu dengan tenang memberitahu Malik, bahwa ia dilindungi oleh Sultan dan tidak seorang pun dapat menghalangi apa pun yang dikehendakinya.

Malik berkata: 'Aku sendiri akan mengadu kepada Sri Sultan.' Pemuda itu menanggapi: 'Samasekali tidak ada gunanya. Sebab, Sri Sultan tidak pernah berubah pandangan mengenai diriku.'

'Kalau begitu, engkau akan kulaporkan kepada Pencipta di surga!, kata Malik. 'Pencipta di surga?' tukas pemuda itu. 'Ia Maharahim sehingga tidak akan mempersalahkan aku!'

Malik tidak dapat berbuat apa-apa. Maka ditinggalkannya pemuda itu. Tetapi beberapa waktu kemudian nama si pemuda menjadi begitu jelek, hingga orang banyak pun menentangnya. Malik merasa wajib untuk mencoba memperingatkannya lagi. Ketika ia berjalan menuju rumah pemuda tersebut ia mendengar Suara dalam batinnya: 'Awas! Jangan menyentuh sahabatku. Ia ada di bawah perlindunganKu.' Malik menjadi bingung. Waktu bertemu muka dengan pemuda itu, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Pemuda itu bertanya: 'Mengapa engkau datang?' Jawab Malik: 'Aku datang untuk menegurmu, tetapi di tengah jalan kudengar Suara yang melarangku untuk menyinggungmu, karena engkau berada di bawah perlindunganNya.'

Wajah pemuda bergajulan itu berubah: 'Benarkah Ia menyebut aku sahabatNya?' tanyanya. Tetapi pada saat itu Malik sudah meninggalkan rumahnya. Bertahun-tahun kemudian Malik berjumpa dengannya di Mekah. Ia begitu tersentuh oleh perkataan Suara itu, sehingga ia membagi-bagikan seluruh harta bendanya dan menjadi pengemis pengembara. 'Aku datang kemari untuk mencari Sahabatku,' katanya kepada Malik. Lalu ia meninggal.

Tuhan, sahabat orang berdosa? Pernyataan ini amat berbahaya, tetapi sekaligus berkekuatan luar biasa. Aku pernah mencobanya pada diriku sendiri, ketika aku berkata: 'Tuhan Maharahim sehingga tidak akan mempersalahkan aku.' Dan tiba-tiba aku mendengar Kabar Gembira, --pertama kali dalam hidupku.

(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 199

Tidak ada komentar:

Posting Komentar