Selasa, 08 Juni 2010

Samuel

Samuel sedang tenggelam dalam kesedihan, dan tak ada yang dapat menyalahkan. Tuannya telah menyuruhnya keluar dari rumahnya dan ia tidak tahu harus pergi kemana. Tiba-tiba ia melihat titik terang, mungkin ia dapat hidup dengan teman baiknya… Moshe. Pikiran ini sangat menenangkan hati Samuel,sampai suatu pikiran lain dating dibenaknya; “Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa Moshe akan memperbolehkanmu tinggal ditempatnya?” “Mengapa tidak?” kata Samuel menanggapi pikiran itu dengan sedikit bernafsu. “Sayalah yang mendapatkan tempat dimana ia tinggal sekarang, sayalah yang meminjaminya uang untuk membayar uang sewa selama enam bulan pertama. Pastilah sekurang-kurangnya ia akan memperbolehkan saya tinggal seminggu di rumahnya kalau saya dalam kesulitan seperti ini.”

Ia menenangkan hatinya , sampai sesudah makan malam pikirannya dating lagi; “Seandainya dia menolak?“ “Menolak?” kata Samuel. “Demi Allah, mengapa ia sampai menolak?. Segala sesuatu yang dimilikinya adalah berkat jasa saya. Sayalah yang mencarikan pekerjaan baginya, sayalah yang memperkenalkannya kepada istrinya yang cantik yang sudah melahirkan tiga anak yang begitu ia banggakan. Akankah ia menolak membiarkan saya tinggal barang satu minggu di rumahnya?. Tidak mungkin!“

Ini menenangkan hatinya, sampai ia pergi tidur dan ternyata ia tidak bisa memejamkan mata karena pikiran lain dating lagi, “Tetapi andaikan saja, andaikan saja ia menolak. Lalu mau apa?” Ini sangat mengganggu Samuel. “Persetan, bagaimana mungkin ia bisa menolak?” katanya dengan nada marah. “Orang itu hari ini masih hidup karena jasa saya. Waktu ia masih kecil saya menyelamatkannya ketika ia mau tenggelam. Akankah ia menjadi orang yang begitu tidak tahu terimakasih dan membiarkan saya di jalanan dalam musim dingin in?”
Namun pikiran itu terus datang saja. “Andaikan…… “ Samuel yang malang itu terus bergulat dengan pertanyaan itu.

Akhirnya ia bangkit dari tempat tidurnya sekitar jam 2 (dua) pagi, pergi kerumah Moshe dan membunyikan bel dirumahnya, panjang sekali. Moshe masih setengah tidur itu membuka pintu dan berkata setengah terkejut, “Samuel!, ada apa?. Mengapa dating kemari tengah malam seperti ini?” saat itu Samuel sangat marah tidak dapat menahan dirinya dan berteriak, “Akan saya katakana mengapa saya pergi kesini pada tengah malam seperti ini..! Kalau kau piker saya mau minta agar engkau memperbolehkan barang satu hari di rumahmu, engkau keliru. Saya tidak mau berurusan denganmu, rumahmu, istrimu atau keluargamu. Persetan dengan semua itu!” setelah mengucapkan kata-kata itu ia berbalik dan pergi.


Diambil dari buku Doa sang katak 2
(Anthony de Mello)

Losion Spesial (Mengabungkan cinta dan belas kasih dalam kehidupan kita setiap hari)

Seorang gadis muda yg putus asa meminta nasehat dari seorang pria tua yg bijaksana di desa itu.

“Tolonglah…. Anda harus menolongku,” katanya.
“Nenekkua adalah wanita yg kejam, ia kelihatannya membenciku dan melakukan segalanya untuk membuat hidupku sengsara. Ia kelihatannya iri karena aku tidak tua dan keriput spt ia, serta aku masih dapat menari dan menyanyi. Aku mencoba menyenangkan hatinya tetapi tak ada sesuatupun yg kulakukan yg dpt mengubahnya. Aku tidak tahan lagi, jika ia mati aku tak akan bersedih.”

“Hmm, kelihatannya ia sangat membenci kemudaanmu dan kecantikanmu. Sikapnya hanya akan bertambah buruk, jadi aku akan memberi losion spesial ini. Losion ini sangat hebat, tetapi kamu harus mengoleskannya terus-menerus,” nasehat pria tua itu. “Setelah beberapa waktu akan terjadi perubahan, penindasmu pergi dan kesulitanmu akan dapat teratasi,” tambahnya. Dengan menepuk bahu gadis itu, ia berkata, “Pergilah dan oleskan, tetapi ingat….
Kamu harus menggosoknya perlahan dan lakukan setiap hari.” Walaupun awalnya gadis itu tidak mempunyai pemikiran yg drastis seperti meracuni penyiksanya secara perlahan-lahan, ia telah menjadi nekat, dan menerima losion itu.

Keesokan harinya……, berpura-pura menunjukkan perhatian pada penyakit dan kesakitan neneknya, ia membujuk wanita tua itu untuk membiarkannya memijatnya, dan dengan perlahan menggosokkan losion spesial itu. Mengetahui ia harus bersabar, gadis itu menahan sindiran dan sikap tidak berterimakasih dari neneknya, dan dengan tekun melaksanakan sesi memijat setiap hari itu.

Suatu hari…. Ketika losion tinggal beberapa tetes lagi, betapa terkejutnya ia, ketika neneknya meraih tangannya dan berkata, “Kamu tahu sayangku, kamu ternyata bukan gadis nakal. Nenek pikir nenek telah salah menilaimu, bagaimanapun juga kau adalah cucuku. Mari kita mulai lagi, nenek pikir kita dapat bersahabat bukan….?”
Dengan berlinangan air mata atas perubahan hati yg mendadak tersebut, gadis itu menyadari bahwa ia tidak ingin kehilangan neneknya bagaimanapun juga.

Maka ia bergegas mendatangi pria tua itu. Anda harus melakukan sesuatu dengan cepat…!!, aku telah melakukan apa yang telah anda katakan, tetapi ia telah berubah sekarang, dan ya……. Sekarang kami saling mencintai dan aku tak ingin kehilangan nenek. Anda harus memberiku sesuatu untuk menyelamatkannya.” Pria tua itu meraih tangan sigadis dan mengulaskan senyuman seorang pria tua yang maklum. “Kamu telah menyelamatkannya dengan tindakanmu yang penuh cinta kasih. Penyiksamu telah pergi, sebagaimana yang kukatakan…….. dan kesulitanmu telah berlalu.”


Diambil dari buku Dhamma Moments