Minggu, 28 Agustus 2011

10 Tanda kebangkitan Spiritual - 10 Signs of a Spiritual Awakening. !

Apakah anda merasa sedang diambang kebangkitan spiritual ?

secara umum, ada 10 tanda walaupun tetap masih ada ratusan tanda2 lain karena setiap individu berbeda dan unik.

10 Tanda2 tsb adalah sbb:

1. Pola waktu tidur berubah, tidak perlu khawatir karena tubuh akan menyesuaikan diri dengan perubahan waktu tsb.

2. Terasa ada gejala aktifitas disekitar bagian kepala bagian atas, seperti rasa kesemutan dan merasa seperti ada tekanan-tekanan, ini merupakan tanda terbukanya chakra mahkota yang sudah siap menerima energi ilahi atau inspirasi-inspirasi baru.

3. Ada gejolak/gelombang emosi, seperti menangis, sedih, marah dlsb tanpa ada alasan yg jelas, ini merupakan pelepasan energi emosional yang terblokir yang berasal dari chakra jantung.

4. Munculnya ingatan akan masa-masa lalu (past life) dan merasa terasing dengan keadaan/kondisi saat ini, untuk itu, jangan menganalisa kondisi seperti ini secara berlebihan, terima dan hadapi lalu kemudian lepaskan! ini adalah proses pembersihan dan kita akan mampu menatap masa depan dan melihat jauh kedepan mengenai masalah2 yg dihadapi, untuk itu, kita tidak akan pernah tersesat.

5. Terjadinya perubahan fisik tubuh, jangan panik! atau merasa sedih jika tubuh kehilangan berat badan atau terjadi perubahan, ini tandanya sudah terjadi perubahan fisik dan spirit dan menandakan vibrasi tubuh sedang meningkat.

6. Kemampuan sensitifitas ke 5 indera meningkat, suatu saat kita mungkin akan merasa seolah2 nama kita dipanggil atau kita merasa jika ada seseorang sedang mengingat kita, mungkin juga kita mampu melihat cahaya, bayangan atau suara2 disekitar object2 tertentu. itu tandanya semua ke 5 indera kita sudah disesuaikan dan saatnya indera ke 6 akan dibuka, cahaya, bayangan atau suara2 tsb akan menuntun kita, dan sebaiknya ucapkan terima kasih kepada mereka, kita tidak boleh lupa diri dan pergunakanlah dengan rasa tanggung jawab.

7. Mampu melihat "Dunia" secara keseluruhan dengan cara pandang dan pemahaman yang berbeda,

8. Muncul rasa kasih sayang dan cinta terhadap semua mahluk dengan perasaan damai dan nyaman dan percaya terhadap kebaikan semua mahluk.

9. Ada keinginan untuk melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan lama yang terasa sangat mengikat dan membebani.. Lakukanlah!! . hapus dan buang kebiasaan2 tsb dan ganti dengan yang baru, ubahlah dan bebaskan diri.

10. Sinkronisasi meningkat dan kita menyadari bahwa kita sudah -on the right track- mengenai visi dan misi, tidak ada yang kebetulan yang terjadi dengan apa yang kita alami, kita rasakan dan kita lihat

      ** ..untuk diketahui.. kita tidak sendiri dalam kebangkitan kesadaran spiritual ini **

* Translated and taken from " Escape the Illusion" *

Beruang.

Suatu ketika, seekor beruang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai...
Akhirnya, ia menangkap seekor ikan kecil.

Ikan itu berkata :
"Aku terlalu kecil bahkan untuk sekedar memenuhi sela sela gigimu. Mohon kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa tahun, aku akan tumbuh menjadi ikan besar, lalu kamu bisa memakanku ketika aku sedang paling memuaskan seleramu."

Beruang menjawab :
"Tahukah kamu, mengapa aku bisa tumbuh sebesar dan sekuat ini?
Karena aku tak pernah menyerah, sekecil apapun rezeki yang sudah ada ditanganku untuk ditukar dengan tangkapan yang belum jelas"

note : kebanyakan orang melekati masa lalu, menanti masa depan dan tidak merangkul masa kini.
Hanya mereka yang mampu menghargai apa yang mereka miliki saat kinilah yang hidup sepenuhnya

Rubah dan anggur.

Suatu ketika, ada seekor rubah melihat kebun aunggur yang penuh dengan anggur yang ranum sekali.

Namun ia terlalu gemuk untuk menerobos pagar. Jadi ia berpuasa selama tiga hari tiga malam untuk merampingkan diri.

Dan akhirnya dia bisa menerobos pagar juga. Di dalam dia memakan buah anggur dengan lahap sampai kenyang.

Namun, saat waktunya pulang, badannya sudah jadi gemuk kembali dan ia tak bisa melalui sela sela pagar lagi.

Jadi ia mengulangi siasat lamanya lagi. Ia tidak makan selama tiga hari tiga malam. Akhirnya ia keluar juga, tapi perutnya lapar seperti sebelumnya.

*Bukankah hidup ini begitu juga...? kita lahir telanjang dan tak membawa apa apa ketika mati. Hanya perbuatan baik yang memberi manfaat bagi kemanusiaanlah yang layak dipuji setelah seseorang mati. Kita tak dapat membawa serta ketenaran atau kekayaan yang merupakan hasil pengejaran seumur hidup kita...

Inipun akan berlalu



Seorang petani kaya mati meninggalkan kedua putranya. Sepeninggal ayahnya, kedua putra ini hidup bersama dalam satu rumah. Sampai suatu hari mereka bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dan membagi dua harta warisan ayahnya. Setelah harta terbagi, masih tertingal satu kotak yang selama ini disembunyikan oleh ayah mereka.

Mereka membuka kotak itu dan menemukan dua buah cincin di dalamnya, yang satu terbuat dari emas bertahtakan berlian dan yang satu terbuat dari perunggu murah. Melihat cincin berlian itu, timbullah keserakahan sang kakak, dia menjelaskan, “Kurasa cincin ini bukan milik ayah, namun warisan turun-temurun dari nenek moyang kita. Oleh karena itu, kita harus menjaganya untuk anak-cucu kita. Sebagai saudara tua, aku akan menyimpan yang emas dan kamu simpan yang perunggu.”

Sang adik tersenyum dan berkata, “Baiklah, ambil saja yang emas, aku ambil yang perunggu.” Keduanya mengenakan cincin tersebut di jari masing-masing dan berpisah. Sang adik merenung, “Tidak aneh kalau ayah menyimpan cincin berlian yang mahal itu, tetapi kenapa ayah menyimpan cincin perunggu murahan ini?” Dia mencermati cincinnya dan menemukan sebuah kalimat terukir di cincin itu: INI PUN AKAN BERLALU. “Oh, rupanya ini mantra ayah…,” gumamnya sembari kembali mengenakan cincin tersebut.
Kakak-beradik tersebut mengalami jatuh-bangunnya kehidupan. Ketika panen berhasil, sang kakak berpesta-pora, bermabuk-mabukan, lupa daratan. Ketika panen gagal, dia menderita tekanan batin, tekanan darah tinggi, hutang sana-sini. Demikian terjadi dari waktu ke waktu, sampai akhirnya dia kehilangan keseimbangan batinnya, sulit tidur, dan mulai memakai obat-obatan penenang. Akhirnya dia terpaksa menjual cincin berliannya untuk membeli obat-obatan yang membuatnya ketagihan.

Sementara itu, ketika panen berhasil sang adik mensyukurinya, tetapi dia teringatkan oleh cincinnya: INI PUN AKAN BERLALU. Jadi dia pun tidak menjadi sombong dan lupa daratan. Ketika panen gagal, dia juga ingat bahwa: INI PUN AKAN BERLALU, jadi ia pun tidak larut dalam kesedihan. Hidupnya tetap saja naik-turun, kadang berhasil, kadang gagal dalam segala hal, namun dia tahu bahwa tiada yang kekal adanya. Semua yang datang, hanya akan berlalu. Dia tidak pernah kehilangan keseimbangan batinnya, dia hidup tenteram, hidup seimbang, hidup bahagia.

inilah hidup sebagai manusia seperti rumput di padang yang mati dan berganti setiap waktu. Relasi bisa datang dan pergi tanpa pernah bisa berhenti. Kemanusiaan yang terbatasi oleh banyak hal. semuanya pasti akan berlalu. ada waktu untuk mencintai. ada waktunya.
Flash84 is offline  

Setiap orang itu unik



Bila aku adalah bunga randa tapak...

Aku akan menikmati kehidupan yang tenang..

Ketika saatnya mekar, aku akan mekar...

Kala tiba waktunya untuk menebar benih, aku akan menebar benih...

Aku tak akan memperdulikan pohon raksasa nan gagah berumur ribuan tahun disampingku...

Karena aku adalah bunga dan ia adalah pohon,

Ia adalah ia, aku adalah aku,

Aku bukanlah ia

Bekerjalah saat kau bekerja, bermainlah saat kau bermain



Suatu ketika, ada seekor keledai yang bekerja di penggilingan beras. Hari demi hari, ia berjalan melingkar.

Suatu hari, ia sudah terlalu tua untuk menarik batu penggiling

"Kamu sudah bekerja sepanjang hidupmu. Sekarang kamu sudah tua dan sebaiknya pensiun"

"Mulai sekarang kamu akan makan rumput segar, tidur panjang, dan menghirup udara segar"

Akan tetapi, si keledai tidak dapat menjalani hidup seperti ini. Ia tetap berjalan memutari pohon, hari demi hari.

note : Tidakkah anda menertawakan kebodohan si keledai? mungkin suatu hari, anda bisa saja menjadi salah satu seperti keledai yang bodoh ini.

Menangis.

Terdapatlah seorang wanita tua yang disebut dengan "Tukang ramal yang menangis". Ia menangis jika hujan turun, ia menangis jika hujan tak turun

Satu hari seseorang bertanya padanya : "Nek apa yang nenek sedihkan?"

"saya punya dua orang anak perempuan. Yang sulung menjual sepatu, yang muda menjual payung"

"Jika cuaca baik, saya sedih memikirkan anak perempuan yang menjual payung. Payungnya pasti tidak laku"

"Jika hujan turun, yang sulung pasti gagal menjual sepatu. Orang tak akan ke toko sepatu jika hujan turun. Sedih aku"

Kemudian orang tersebut berkata "Jika cuaca baik, putri sulung nenek akan berhasil menjual sepatunya, dan jika turun hujan, payung putri nenek yang satunya pasti laku"

"eh, benar begitu?"

Sejak saat itu, "Tukang ramal yang menangis" tidak lagi menangis, ia tersenyum terus hari hujan atau panas

note : mendekati hati adalah mendekati kebuddhaan, apakah sesuatu itu menyenangkan atau tidak, tergantung dari sisi mana kita memandangnya

Hiu kecil


 Untuk masakan Jepang, kita tahu bahwa ikan salmon akan lebih enak utk dinikmati jika ikan tsb masih dalam keadaan hidup saat hendak diolah utk disajikan.
 Jauh lebih nikmat dibandingkan dgn ikan salmon yg sdh diawetkan dgn es.

 Itu sebabnya para nelayan selalu mmasukkan salmon tangkapannya ke suatu kolam buatan agar dlm perjalanan menuju daratan salmon2 tsb tetap hidup.

 Meski demikian pada kenyataannya byk salmon yg mati di kolam buatan tsb.

 Bagaimana cara mereka menyiasatinya?
 Para nelayan itu memasukkan seekor hiu kecil dikolam tsb.
 Ajaib !! Hiu kecil tsb ?memaksa? salmon2 itu terus bergerak agar jgn sampai dimangsa.
 Akibatnya jumlah salmon yg mati justru menjadi sangat sedikit !!

 Diam membuat kita mati ! Bergerak membuat kita hidup !
 Barangkali kurang lebih itulah pesan moral yg dpt kita tangkap dari gambaran diatas.

 Apa yg membuat kita diam?
 Saat tdk ada masalah dlm hidup dan saat kita berada dlm zona nyaman.

 Situasi seperti ini kerap membuat kita terlena. Begitu terlenanya sehingga kita tdk sadar bahwa kita telah mati.
 Ironis, bukan?

 Apa yg membuat kita bergerak?
 Masalah, Pergumulan dan Tekanan Hidup.
 Saat masalah datang secara otomatis naluri kita membuat kita bergerak aktif dan berusaha mengatasi semua pergumulan hidup itu

 Disaat saat seperti itu biasanya kita akan ingat Tuhan dan berharap kpd Tuhan. Tdk hanya itu, kita menjadi kreatif, dan potensi diri kitapun menjadi berkembang luar biasa !!

 Ingatlah bahwa kita akan bisa belajar byk dlm hidup ini bukan pada saat keadaan nyaman, tapi justru pada saat kita menghadapi badai hidup.

 Itu sebabnya syukurilah ?hiu kecil? yg terus memaksa kita utk bergerak dan tetap survive !

 Masalah hidup adalah baik, karena itulah yg membuat kita terus bergerak?

Cerita Zen - DIALOG PERDAGANGAN UNTUK MENGINAP


Asalkan memajukan dan memenangkan sebuah argumentasi tentang agama Buddha dengan orang-orang yang tinggal di sana, seorang bhikshu kelana boleh menginap di sebuah vihara Zen. Jika kalah, ia harus pergi dan melanjutkan perjalanan.

 Di sebuah vihara di belahan utara Jepang, tinggallah dua orang bhikshu. Yang lebih tua adalah seorang terpelajar, sedangkan yang lebih muda adalah orang bodoh dan hanya mempunyai sebuah mata.

 Seorang bhikshu datang dan memohon untuk menginap. Sebagaimana biasanya, ia menantang mereka untuk berdebat tentang ajaran yang tertinggi. Saudara yang lebih tua, karena keletihan belajar sepanjang hari itu, meminta saudara mudanya untuk menggantikannya. "Pergilah dan hadapi dialognya dengan tenang," ia memperingatkan.

 Demikianlah, bhikshu muda dan orang asing itu pergi ke altar dan duduk. Tidak lama kemudian, pendatang itu bangkit dan menghampiri saudara tua dan berkata, "Saudara muda anda adalah seorang yang mengagumkan. Ia mengalahkan aku." "Ceritakan dialog itu kepadaku," kata saudara yang tua.

 "Baiklah", jelas si pendatang, "Pertama-tama, saya mengacungkan sebuah jari, melambangkan Buddha, Ia yang mencapai Pencerahan. Ia pun mengacungkan dua jari, melambangkan Buddha beserta ajaran Beliau. Saya mengacungkan tiga jari, melambangkan Buddha, ajaran, dan pengikut Beliau, yang hidup dalam keharmonisan. Kemudian, ia melayangkan kepalan tinjunya ke wajah saya, menunjukkan bahwa ketiga-tiganya berasal dari kebijaksanaan. Demikianlah dia menang dan saya tidak berhak untuk menetap." Setelah itu, si pendatang pun pergi.

 "Kemanakah rekan itu?" tanya saudara muda, berlari menjumpai saudara tuanya.
 "Saya tahu anda memenangkan perdebatan tadi."
 "Menang apa! Saya ingin memukulnya."
 "Ceritakanlah tentang perdebatan tadi," pinta saudara tua itu.

 "Mengapa, begitu melihat saya, ia mengacungkan satu jari, menghina saya dengan menyindir bahwa saya hanya mempunyai sebuah mata. Oleh karena ia adalah pendatang, saya kira saya harus bertindak sopan terhadapnya, sehingga saya mengacungkan dua jari, bersyukur baginya karena mempunyai dua mata. Kemudian, bedebah yang tidak sopan itu mengacungkan tiga jari, menyiratkan bahwa di antara kita berdua hanya ada tiga bola mata. Oleh karenanya, saya marah dan mulai meninjunya, tetapi ia berlari keluar dan perdebatan itu pun berakhir."

Buddha dan Putri Magandiya


 Suatu saat ayah Magandiya, karena sangat tertarik dengan kepribadian dan penampilan Sang Buddha, telah mempersembahkan anak perempuannya yang sangat cantik untuk dijadikan istri Sang Buddha Gotama. Tetapi Sang Buddha menolak persembahan itu dan berkata bahwa Beliau tidak akan mau menyentuh hal itu yang penuh dengan kotoran, sekalipun dengan kakinya. Ketika mendengar kata-kata ini kedua ayah dan ibu Magandiya melihat kebenaran dalam kata-kata tersebut dan mencapai tingkat kesucian anagami. Tetapi Magandiya menganggap Sang Buddha sebagai musuh dan bertekad untuk membalas dendam kepada Beliau.

 Kemudian ia menjadi salah satu dari tiga istri Raja Udena. Ketika Magandiya mendengar kabar bahwa Sang Buddha telah datang ke Kosambi, ia menyewa beberapa penduduk dan pelayan-pelayannya untuk mencaci maki Sang Buddha saat Beliau memasuki kota untuk berpindapatta. Orang-orang sewaan tersebut mengikuti Sang Buddha dan mencaci maki dengan menggunakan kata-kata yang sedemikian kasar seperti `pencuri, bodoh, unta, keledai, suatu ikatan ke neraka`, dan sebagainya. Mendengar kata-kata yang kasar tersebut, Y.A.Ananda memohon kepada Sang Buddha untuk meninggalkan kota dan pergi ke tempat lain.


 Tetapi Sang Buddha menolak dan berkata, "Di kota lain, kita juga mungkin dicaci maki dan tidak mungkin untuk selalu berpindah tempat setiap kali seseorang dicaci maki. Lebih baik menyelesaikan masalah di tempat terjadinya masalah. Saya seperti seekor gajah yang menahan panah-panah yang datang dari semua penjuru. Saya juga akan menahan dengan sabar caci maki yang datang dari orang-orang yang tidak memiliki moral."

 Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 320,321,dan 322 berikut ini :

 "Aham nagova sangame
 capato patitam saram
 ativakyam titikkhissam
 dussilo hi bahujjano.

 Dantam nayanti samitim
 dantam raja` bhiruhati
 danto settho manussesu
 yo` tivakyam titikkhati.

 Varamassatara danta
 ajaniya ca sindhava
 kunjara ca mahanaga
 attadanto tato varam."

 Seperti seekor gajah di medan perang
 dapat menahan serangan panah
 yang dilepaskan dari busur,
 begitu pula Aku (Tathagata)
 tetap bersabar terhadap cacian;
 sesungguhnya, sebagian besar orang
 mempunyai kelakuan rendah.

 Mereka menuntun gajah yang telah terlatih
 ke hadapan orang banyak.
 Raja mengendarai gajah yang terlatih ke medan perang.
 Di antara umat manusia, maka yang terbaik adalah
 orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri
 dan dapat bersabar terhadap cacian.

 Sungguh baik keledai-keledai yang terlatih,
 begitu juga kuda-kuda Sindhu
 dan gajah-gajah perang milik para bangsawan;
 tetapi yang jauh lebih baik dari semua itu
 adalah orang yang telah dapat menaklukkan dirinya sendiri.

 Pada akhir khotbah Dhamma tersebut, mereka yang telah mencaci maki Sang Buddha menyadari kesalahannya yang datang untuk menghormat Beliau, beberapa di antara mereka mencapai tingkat kesucian sotapatti.


 yang bisa di petik ialah:
 "Aham nagova sangame
 capato patitam saram
 ativakyam titikkhissam
 dussilo hi bahujjano.

 Dantam nayanti samitim
 dantam raja` bhiruhati
 danto settho manussesu
 yo` tivakyam titikkhati.

 Varamassatara danta
 ajaniya ca sindhava
 kunjara ca mahanaga
 attadanto tato varam."

 Seperti seekor gajah di medan perang
 dapat menahan serangan panah
 yang dilepaskan dari busur,
 begitu pula Aku (Tathagata)
 tetap bersabar terhadap cacian;
 sesungguhnya, sebagian besar orang
 mempunyai kelakuan rendah.

 Mereka menuntun gajah yang telah terlatih
 ke hadapan orang banyak.
 Raja mengendarai gajah yang terlatih ke medan perang.
 Di antara umat manusia, maka yang terbaik adalah
 orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri
 dan dapat bersabar terhadap cacian.

 Sungguh baik keledai-keledai yang terlatih,
 begitu juga kuda-kuda Sindhu
 dan gajah-gajah perang milik para bangsawan;
 tetapi yang jauh lebih baik dari semua itu
 adalah orang yang telah dapat menaklukkan dirinya sendiri.

Beda lidah dengan gigi.

Salah satu orang yang paling berhikmat di negeri China adalah Lao Zi. Namun Lao Zi juga belajar banyak dari gurunya yang memiliki hikmat sangat tinggi. Nama gurunya adalah Shang Rong. Shang Rong mempunyai pemikiran yang sangat brilian dan dalam. Ia juga mempunyai cara mengajar yang dikagumi oleh Lao Zi, karena itu ia merasa gurunya yang membuatnya sangat berhikmat.

 Pada suatu hari, dalam usia yang sangat lanjut, Shang Rong sakit parah. Demi mendengar guru yang sangat dikasihani dan dikaguminya sakit. Lao Zi meninggalkan pekerjaannya dan pergi membesuk Shang Rong. Saat itu Lao Zi sangat kuatir dengan gurunya tidak akan bisa bangun lagi. Karena itu, dia bertanya kepada Shang Rong, “Apakah ada yang bisa saya bantu dan apakah ada pesan-pesan yang sangat penting?”

 Dengan suara yang masih bisa didengar dengan jelas, Shang Rong berkata, “Jika kamu pergi dan melewati sebuah desa tua, kamu haru turun di sana.”

 Lao Zi agak heran dan bertanya, “Apakah itu berarti saya tidak boleh menjadi orang yang lupa akan desa tua atau kampong halaman?”

 Shang Rong menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Jika kamu melewati pohon tua yang tinggi besar, harus berlari dengan langkah kecil!”

 Lao Zi menjawab, “Apakah maksudmu yang penting adalah orang muda harus menghormati orang yang tua?”

 Sambil tersenyum Shang Rong menggelengkan kepalanya lagi. Setelah itu mereka berdua diam sejenak. Shang Rong memikirkan sesuatu untuk dikatakan, sementara Lao Zi memikirkan apa maksud gurunya.

 Tidak berapa lama kemudian Shang Rong membuka mulutnya lalu bertanya, “Apakah lidah saya masih ada?”

 Lao Zi menganggukkan kepalanya dan menjawab, “Masih ada!”

 Lalu Shang Rong melanjutkan pertanyaannya, “Apakah gigi saya masih ada?”

 Setelah melihat, Lao Zi menjawab, “Sudah tidak ada satu pun guru yang tertinggal!”

 Shang Rong kembali bertanya, “Apakah kamu tahu apa arti yang hendak saya sampaikan?”
 Setelah berpikir sejenak, Lao Zi menjawab, “Apakah guru ingin menyampaikan bahwa gigi itu keras dan karena itu rontok duluan. Dan, lidah itu lebih lembut dan fleksibel, karena itu umumnya lebih tahan lama daripada gigi?”

 Dengan senyum bangga, Shang Rong memuju muridnya, “Kamu sekarang sudah mengerti rumus penting kehidupan.”

Meramal masa depan

 Dikutip dari buku Membuka Pintu Hati


 Banyak orang yang ingin mengetahui masa depan. Sebagian orang begitu tak sabarnya menanti apa yang akan terjadi, karena itu mereka mulai mencari jasa dukun dan peramal. Saya punya peringatan bagi Anda mengenai para peramal: jangan percaya pada peramal yang miskin!

 Para bhikkhu yang berlatih meditasi dianggap sebagai peramal yang hebat, tetapi biasanya mereka tidak gampang diajak bekerja sama.

 Suatu hari, seorang umat yang telah lama menjadi murid Ajahn Chah meminta sang guru besar untuk meramal masa depannya. Ajahn Chah menolak: bhikkhu yang baik tidak ramal- meramal. Tetapi si murid bersikukuh. Dia mengingatkan Ajahn Chah berapa kali dia sudah berdana makanan, berapa banyak dana yang telah dia sumbangkan untuk viharanya, dan bagaimana dia menyopiri Ajahn Chah dengan mobil dan biaya darinya, mengabaikan keluarga dan pekerjaannya sendiri. Ajahn Chah melihat bahwa orang itu terus bersikeras meminta untuk diramal, jadi dia berkata untuk sekali ini saja dia akan membuat perkecualian terhadap peraturan bahwa bhikkhu tidak boleh meramal. "Mana tanganmu. Sini kulihat telapak tanganmu."

 Si murid sangat senang. Ajahn Chah belum pernah membaca telapak tangan murid lainnya. Ini spesial. Lagi pula, Ajahn Chah dianggap sebagai orang suci yang punya kemampuan batin yang hebat. Apa pun yang dikatakan oleh Ajahn Chah akan terjadi, pasti akan terjadi.

 Ajahn Chah menelusuri garis-garis telapak tangan si murid dengan jarinya. Setiap beberapa saat, dia bicara sendiri, "Ooh, ini menarik" atau "Ya, ya, ya" atau "Luar biasa". Si murid yang malang itu risau dalam penantian.

 Ketika Ajahn Chah selesai, dia melepaskan tangan si murid dan berkata kepadanya, "Murid, berikut ini adalah keadaan masa depanmu."

 "Ya, ya," kata si murid dengan cepat.

 "Dan saya tak pernah salah," tambah Ajahn Chah.

 "Saya tahu, saya tahu. Jadi, bagaimana nasib masa depan saya?" tanya si murid dengan penasaran memuncak.

 "Masa depanmu akan tak pasti," kata Ajahn Chah. Dan dia tidak salah!