Jumat, 24 Desember 2010

Nah, Sebelum kabarnya lebih buruk lagi….

Suka ngeluh krn rasa makanan kamu ga enak?
Banyak orang diluar sana yg gak bisa makan...

Kalo kamu sering mengeluh tentang apa yg kamu punya...

Peng Shuilin malah gak punya kaki…

belajar itu capek ? susah? Dosennya nyebelin?... masih byk yg gak mampu sekolah....

sebel sama orang tuamu?... masih untung punya ortu.. bisa dimintain macem2....

Sering ngeluh sama anak-anak yang nakal?...Bayangin dong orang yg pengen bgt punya anak tapi mandul …

Capek nyetir? Jalanan macet?....Yang ini, jalan kaki ke tempat kerja mereka pun susah bgt… brani coba?

so, dimana jalan menuju kebahagiaan ?

Setiap orang menginginkan kebahagiaan, tapi tdk ada orang yg tau dimana letak kebahagiaan .

Kenapa..?? Krn kita tdk tau jalannya... Tdk memiliki peta...

Bahkan lokasinya dimanapun tdk tahu...

Tau gak :

1. Charles Schwab, CEO Bethlehem Steel. Perusahaan besi baja ternama, lalu bangkrut total usahanya hingga harus berhutang untuk membiayai hidupnya dan 5 tahun kemudian Ia tewas menyedihkan.

2. Richard Whitney, President New York Stock Exchange. Ia menghabiskan sisa hidupnya dipenjara Sing Sing.

3. Jessa Livermore( Raja saham “the Great Bear”) di Wall Street, Ivan Krueger (CEO perusahaan hak cipta). Semuanya memilih kematian dgn cara bunuh diri, krn mrk memandang bahwa utk mengakhiri penderitaan hanya bisa dilakukan dgn 1 pilihan, yaitu bunuh diri. Sungguh merupakan pola pandang dan cara fikir yang naif dr simbol bangsa yang menganut faham peradaban dan kemajuan

4. Arthur Cutton, pemilik pabrik tepung terbesar di dunia. Distribusi dan bisnis tepung dlm genggamannya, harta berlimpah dan ia pun terdampar di gerbang kematian .

5. Albert Fall, anggota cabinet presiden Amerika Serikat. Beberapa masa mendekam di penjara, dan ketika pintu kebebasan dibuka, sampai ke rumah dan langsung meninggal dunia

Padahal mrk semua sebelumnya adl milyarder sukses dan terkaya di Amerika Namun di puncak singgasana suksesnya...bukan bahagia yang mrkaperoleh…tp ketragisan nilai hidup saat memasuki pintu kematian...

terbuktikan bahwa kekayaan yang melimpah bukan jaminan akhir kehidupan yang bahagia

Lalu dimana letak kebahagiaan??

Kebahagiaan ada di dlm diri setiap insan yg memiliki hati mulia dgn jiwa yg bersih..

Senyum kita bkn hanya milik kita, tp saat kita memberi dan yg diberi merasa bahagia dgn pemberian kita, maka kebahagiaan itupun akan dtg dan menjadi milik kita.

Itulah peta jalan yg hrs kita temukan,so jalanlah kesana dgn penuh kesungguhan dan kesabaran, mudah-mudahan kita semua akan sampai di lokasi kebahagiaan..



Mungkin. . . kita seharusnya bertemu dengan yg salah sebelum bertemu dgn yang tepat.. so kita bisa tau mana yg benar

Mungkin. . . memang benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya…
Mungkin. . . masa depan yg cerah selalu tergantung pada kesalahan masa lalu, kegagalan dan jg sakit hati.

Mungkin .. . . Anda harus bermimpi apa yg Anda ingin impikan, pergi kemana Anda inginkan, jadi apa yg Anda inginkan, krn Anda hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan
utk melakukan semua hal yang Anda impikan, dan ingin lakukan.

"Hidup ini hanya perjalanan SEKALI… MOMEN hari ini mjd MEMORI esok.
Nikmati setiap saat, baik atau buruk, karena HADIAH KEHIDUPAN adl HIDUP itu sendiri .... "

Life is a gift . .
Live it...
Enjoy it...
Celebrate it...
And fulfill it...

Cintai orang lain dgn perkataan dan perbuatanmu..
Anda tdk mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,
krn anda menyayangi dan mencintai mrk, mk mrk jd CANTIK dan TAMPAN

cantik dan tampan muncul dr HATI…

Matematika Memang Sesuatu Yang Amazing


This is
amazing!

Beauty of Math!

1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321


1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 +10= 1111111111


9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654 x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888


Brilliant, isn't it?


And look at this
symmetry:



1 x 1 = 1
11 x 11 = 121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 = 12345678987654321



Now,
take a look at this...


101%



From a strictly
mathematical viewpoint:



What Equals 100%? What does it mean
to
give MORE than 100%?

Ever wonder about those people who say
they
are giving more than 100%?

We have all been in situations
where
someone wants you to GIVE OVER 100%.

How about ACHIEVING
101%?

What equals 100% in life?


Here's a little mathematical
formula
that might help answer these questions:



If:

A B
C D E F G H I J K L M N O P Q R S T
U V W X Y Z

Is represented
as:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23 24 25
26.


If:

H-A-R-D-W-O-R- K

8+1+18+4+23+15+18+11 =
98%


And:

K-N-O-W-L-E-D-G-E

11+14+15+23+12+5+4+7+5 =
96%

But:

A-T-T-I-T-U-D-E

1+20+20+9+20+21+4+5 =
100%

THEN, look how far the love of God will
take
you:



L-O-V-E-O-F-G-O-D

12+15+22+5+15+6+7+15+4 =
101%


Therefore, one can conclude with
mathematical certainty
that:

While Hard Work and Knowledge will get
you close, and Attitude
will get you
there,

It's the Love of God that will put you
over the
top!

It's up to you if you share this with
your friends & loved
ones just the way

I
did.

 

Sumber: Kaskus.us

Beatiful Story about Life & Struggle


‘Mengapa ada beberapa orang yang mampu melewati badai cobaan paling dahsyat dalam hidupnya dan tetap berdiri tegar. Sementara beberapa lainnya selalu mengeluh, complain terus tentang setiap gangguan kecil dalam hidupnya dan akhirnya semakin terpuruk?’

Ramesh menjelaskan-nya dalam kisah yang sangat indah ini.

‘Suatu saat, hidup seorang yang sangat dipenuhi oleh roh kasih dalam hidupnya. Ketika ia meninggal, semua orang mengira bahwa manusia sepertinya pasti langsung masuk ke Surga.

Tetapi karena sesuatu dan lain hal, malaikat di Surga berbuat kesalahan. Ia kelewatan nama orang itu dan berpikir karena orang tersebut tidak terdaftar di Surga, tempatnya adalah di ‘tempat satunya lagi’ dan ia langsung mengirimnya ke Neraka!

Dan di Neraka, tidak ada yang men-cek reservasi anda. Semua yang dibuang di sana adalah penghuni abadi. Jadi begitulah, orang tersebut tinggal tanpa membantah karena ia berpikir mungkin dia belum layak untuk tinggal di surga.

Hanya seminggu kemudian, Raja Iblis pergi ke Surga. Marah-marah menuduh bahwa Kerajaan Surga telah melakukan terorisme di Neraka.

‘Ada apa?’, tanya malaikat Surga.

Sang Raja Iblis berteriak dengan murka.

“Apa maksud kalian mengirim orang ini ke Neraka. Dia benar-benar merusak tempatku. Sejak awal, dia tidak pernah membalas siapa pun yang menyakitinya. Malahan ia selalu mendengarkan, mengasihi dan menghibur yang lain. Sekarang semua penghuni di sekeliling orang ini mulai saling memeluk dan mengasihi satu dengan lainnya. Ini bukan Neraka yang ku-kehendaki. Ini orangnya aku kembalikan, aku tidak perduli. Pokoknya aku tidak bisa menerimanya di kerajaan-ku!”

Dan Ramesh menutup ceritanya dengan berkata,

“Maka hiduplah dengan penuh cinta dan kasih dalam hatimu. Sehingga apa pun yang terjadi denganmu, sampai sekalipun malaikat melakukan kesalahan dan mengirim-mu ke Neraka, Sang Iblis sendiri yang akan mengantarmu kembali ke Surga.”

Nasihat Dari Tuhan


TUHAN : Ini TUHAN. AKU mendengar doamu. Jadi AKU ingin berbincang-bincang denganmu.

AKU: Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.

TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.

AKU: Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikitpun.Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.

TUHAN : Benar sekali. Aktifitas memberimu kesibukan. Tapi Produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu, Produktifitas membebaskan waktu.

AKU : Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghidarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan TUHAN mengajakku chatting seperti ini.

TUHAN : AKU ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk. Di era internet ini, AKU ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.

AKU: OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?

TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisa-lah yang membuatnya jadi rumit.

AKU: Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?

TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.

AKU:Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian.

TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.

AKU : Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?

TUHAN: Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung, yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.

AKU : Apa yang menarik dari manusia?

TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya "Mengapa harus AKU?". Jika

mereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya "Mengapa harus AKU?".


AKU : Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya disini?

TUHAN : Jangan hanya mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya di sini. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukan hanya proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
 

Sumber: kaskus.us

Renungan Tentang Waktu


Bayangkan, ada sebuah bank yang memberi Anda uang sejumlah Rp 86.400 setiap paginya. Semua uang itu dapat Anda gunakan (tidak lebih).
Pada malam hari, bank akan menghapus sisa uang yang tidak Anda gunakan selama sehari. Coba tebak, apa yang akan Anda lakukan? Tentu saja, menghabiskan semua uang pinjaman itu.
Siapapun dari kita, memiliki bank semacam itu, bernama WAKTU. Setiap pagi, ia akan memberi Anda 86.400 detik. Dan pada malam harinya, ia akan menghapus sisa waktu yang tidak Anda gunakan untuk tujuan baik. Karena ia tidak memberikan sisa waktunya pada Anda. Ia juga tidak memberikan waktu tambahan.
Setiap hari, ia akan membuka satu rekening baru untuk Anda.
Setiap malam, ia akan menghanguskan yang tersisa.
Jika Anda tidak menggunakannya, maka kerugian akan menimpa Anda.
Anda tidak bisa menariknya kembali.
Juga, Anda tidak bisa meminta "uang muka" untuk keesokan hari.
Anda harus hidup di dalam simpanan hari ini!
Maka dari itu, investasikanlah untuk kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesan Anda.
Jam terus berdetak.
Gunakan waktu Anda sebaik-baiknya.
-  Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal naik kelas.
-  Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi prematur.
-  Agar tahu pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan.
-  Agar tahu pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu.
-  Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat terbang.
-  Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.
-  Agar tahu pentingnya waktu SEMILIDETIK, tanyakan pada peraih medali perak Olimpiade.
RENUNGANNYA:
Hargai setiap waktu yang Anda miliki.
Dan ingatlah, waktu tidak menunggu siapa-siapa.



Sumber: AndrieWongso.com

Kisah matahari dan bulan.

“Zaman dahulu kala, ada dua matahari dan sungguh sangat panas. Kedua matahari tersebut bertugas secara bergiliran, di saat matahari yang satu bersinar, yang lainnya tidur. Begitu juga sebaliknya.
Semua mahkluk di bumi sangat mengeluh tentang rasa panas dari kedua matahari ini.
Suatu hari, diselenggarakan pertemuan dan salah satu mahkluk mengusulkan menghilangkan salah satu matahari. Tanpa ragu-ragu semua mahkluk setuju. Tetapi pertanyaannya adalah siapa yang mau melaksanakan tugas tersebut ? dan bagaimana tugas tersebut dilakukan ?
Setelah beberapa lama, pertemuan itu memutuskan untuk memilih semut sebagai eksekutornya. Saat itu semut sangat terkenal dengan keahliannya memanah yang luar biasa. Mulai saat itu, semut berusaha membidik matahari.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya semut tersebut pun berhasil memanah satu matahari. Tetapi ternyata matahari yang lain mengetahui tentang hal ini, dan entah mengapa kedua matahari itu tiba-tiba tidak tampak lagi. Kesedihan pun melanda seluruh bumi, karena kedua matahari menghilang, maka seluruh alam semesta menjadi gelap gulita.
Semua mahkluk menjadi sadar, mereka tidak dapat melakukan apapun tanpa cahaya matahari. Mereka sadar, bahwa telah melakukan kesalahan fatal dengan meminta semut memanah matahari. Lalu semua mahkluk mengadakan pertemuan lagi. Tema diskusi kali ini adalah bagaimana cara membuat matahari-matahari itu mau menampakkan diri. Akhirnya, setelah melalui perdebatan yang panjang dan melelahkan, mereka memutuskan untuk meminta maaf dan memohon para matahari untuk kembali ke bumi. Sebagai utusan, manusialah yang diminta untuk mengemban misi ini. Karena saat itu manusia terkenal cerdik dan pandai mengolah kata.
Dengan harapan tinggi, manusia pun menengadahkan diri di langit, dan mulai berteriak-teriak meminta maaf kepada para matahari, dan ternyata gagal. Berikutnya, mahkluk-mahkluk meminta kepada burung gagak untuk meminta maaf, tetapi gagal lagi. Akhirnya berbagai mahkluk pun bergiliran satu-persatu meminta maaf kepada matahari, tetapi semuanya tetap juga gagal.
Setelah beberapa lama, mahkluk-mahkluk tersebut mendapatkan ide baru. Mahkluk-mahkluk tersebut berpikir mungkin saat ini kedua matahari sedang tidur bersama, sehingga tidak mendengar permintaan maaf para mahkluk. Lalu mereka memutuskan untuk meminta semua ayam jago berkokok untuk membangunkan kedua matahari tersebut.
Lalu semua ayam jago berkokok, tetapi tidak terjadi apa-apa. Semua ayam jago pun berkokok lagi untuk kedua kalinya, kali ini lebih keras lagi. Dan semua mahkluk merasakan mulai ada udara hangat mengalir di bumi, tetapi mereka belum melihat matahari muncul.
Ayam-ayam pun makin bersemangat, mereka berkokok dan melengking lebih keras lagi untuk ketiga kalinya. Dan perlahan-lahan, salah satu matahari muncul di ufuk timur, kemudian makin bersinar dan bersinar. Bumi pun kembali terang. Seluruh mahkluk pun bersorak dan berteriak kegirangan menyambut datangnya matahari.
Lalu bagaimana dengan nasib matahari yang lain ? ternyata ia masih tertidur, dan ia baru terbangun saat matahari yang lain mulai tidur. Dan ternyata, setelah matahari kedua tersebut terbangun, para mahkluk melihat bahwa dia telah buta, dia tidak mampu lagi bersinar terang dan panas seperti dulu lagi. Rupanya hasil bidikan semut beberapa waktu lalu telah berhasil, semut telah berhasil membutakan mata matahari. Matahari yang buta tersebut kemudian dinamai ‘bulan’ oleh para mahkluk.
Inilah mengapa ayam jago selalu berkokok tiga kali sebelum matahari terbit. Dan hingga saat ini penduduk Myanmar masih sering bersorak-sorak menyambut matahari di pagi hari.
Beberapa hal yang bisa dipetik dari cerita ini :
  • Semut, hewan yang sangat kecil, tetapi berhasil ‘memanah’ matahari
  • Manusia yang cerdik dan pandai mengolah kata ternyata gagal ‘meminta maaf’ kepada alam.
  • Ayam jago harus berusaha ‘tiga kali’ untuk membangunkan matahari.

Air mata putri Meng.

Another great story of love,
behind the history of Chinese Great Wall,
in this great valentine moment…

 
Kisah ini terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Ch’in Shih Huang-ti yang dikenal kejam. Kaisar khawatir kalau dinasti Hun akan menyerang negara tersebut dari utara. Agar dapat memantau musuhnya tersebut, Kaisar memutuskan untuk membangun sebuah tembok sepanjang wilayah perbatasan Cina bagian utara. Tetapi tidak lama sesudah satu bagian selesai dibangun, bagian yang lain runtuh. Dan hal ini terjadi berulang kali, sehingga pelaksanaan ‘proyek besar’ tersebut tidak pernah mengalami kemajuan.
Kemudian, seorang lelaki bijak yang merangkap salah satu anggota tim arsitek tembok tersebut berkata kepada Kaisar, “Tembok seperti ini, yang panjangnya melebihi 10.ooo mil*  hanya dapat dibangun jika anda mengorbankan dan mengubur manusia di setiap mil dari tembok tersebut, sehingga akan ada ‘pelindung’ di setiap milnya.”
Sangat mudah bagi kaisar untuk memenuhi nasihat ini,  dengan berbagai cara Kaisar mulai menyusun rencana untuk mengorbankan manusia dengan jumlah yang sangat besar, yaitu 10.000 orang untuk membangun 10.000 mil tembok tembok tersebut. Negara pun gempar ketika rakyat mulai mendengar Kaisar akan melakukan rencana ini.
Pada saat Kaisar akan memulai rencananya, datanglah seorang pemuda terpelajar menemuinya. Pemuda tersebut berkata bahwa mengorbankan 10.000 manusia akan sangat membuat rakyat menderita, maka pemuda tersebut mengusulkan lebih baik jika kaisar mengorbankan 1 orang saja yang bernama “Wan” – karena “Wan” berarti “sepuluh ribu”.
Kaisar menyetujui usul ini. Maka dengan segera, ia mengerahkan prajurit-prajuritnya untuk menelusuri negeri ini – untuk mencari seorang lelaki yang bernama Wan. Para prajurit tersebut akhirnya menemukan seseorang bernama Wan – yang sedang duduk bersanding dengan pengantin wanitanya di sebuah pesta pernikahan. Wan dibawa dengan paksa oleh para prajurit – meninggalkan Meng Chiang – sang pengantin perempuan yang sedang dinikahinya di pesta itu.
Dengan berjalan kaki dan berlinang air mata, Meng berusaha menyusul kereta kuda prajurit yang membawa suaminya, tak peduli berapa jauh jarak yang harus ia tempuh. Meng berjalan melintasi pegunungan dan sungai untuk mencari suaminya.

Setelah beberapa bulan berlalu sampailah Meng di tembok raksasa – tempat suaminya dikorbankan dan dikuburkan. Meng tidak tahu lagi harus berbuat apa, maka ia hanya bisa duduk tersungkur dan menangis di dinding tembok itu. Air mata cintanya ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa, tembok tersebut runtuh saat air mata Meng mengalir didindingnya. Dan jasad suaminya pun muncul diantara reruntuhan tembok itu.
Ketika Kaisar mendengar kabar ini, maka mulai timbul rasa iba di hatinya. Kaisar memutuskan untuk menemui Meng Chiang. Maka, Kaisar mengirimkan utusan untuk menjemput Meng Chiang, dan Meng pun akhirnya dihadapkan pada raja. Kecantikan Meng Chiang ternyata dapat menggetarkan hati sang Kaisar, sehingga ia memutuskan untuk menjadikan Meng Chiang sebagai permaisurinya.
Meng Chiang tahu betul bahwa ia tidak akan dapat menolak kehendak sang Kaisar. Jadi Meng tetap menyetujuinya, tetapi dengan tiga syarat : Pertama, harus dilangsungkan pesta selama 49 hari untuk menghormati suaminya. Kedua, sang Kaisar beserta seluruh pejabat negara harus datang dan menghormati pemakaman suaminya dalam sebuah proses pemakaman yang megah. Ketiga, sang Kaisar harus mendirikan menara berteras dari batu setinggi 49 kaki** di tepi sungai, dimana dia ingin memberikan persembahan dan bersembahyang untuk suaminya.
Sebagai Kaisar, sangat mudah bagi bagi Ch’in Shih Huang-ti untuk mengabulkan permohonan itu. Semua permintaan Meng akhirnya dipersiapkan.

Ketika semua sudah siap, Meng Chiang naik ke atas menara batu yang dimintanya tersebut.. dengan berteriak-teriak – dan didengar oleh seluruh pejabat kerajaan dan undangan yang hadir di pesta – Meng mulai mengutuk kekejaman dan kejahatan Kaisar dengan lantang.
Meskipun di dalam hatinya Kaisar sangat murka, tetapi ia tetap berusaha tenang. Tetapi ketika Kaisar melihat Meng Chiang terjun ke dalam sungai dan tewas, dia menjadi murka dan memerintahkan para prajuritnya untuk memotong-motong tubuh Meng Chiang dan melumatkannya.
Ketika mereka melakukan ini, bagian-bagian tubuh Meng Chiang berubah menjadi ikan-ikan kecil keperakan, di mana jiwa Meng Chiang yang penuh kesetiaan bersemayam di dalamnya…
*Setara dengan 16.000 km, yaitu rencana awal panjang  tembok China pada pemerintahan Kaisar Ch’in Shih Huang-ti. Tembok ini kemudian dilanjutkan oleh dinasti-dinasti yang lain. Saat ini, panjang tembok China masih belum diketahui secara pasti, tembok yang masih utuh memiliki panjang sekitar 6.700 km dan setelah itu terputus-putus di banyak bagian, menurut catatan sejarah diperkirakan panjang total tembok China jika tidak terputus-putus adalah 50.000 li (sekitar 25.000 km). Lihat di sini untuk melihat risetnya.
**Sekitar 15 Meter.
(Cerita rakyat  China, Cerita ini memiliki banyak versi, cerita yang aku kupas di atas diambil dari “The Tears of Lady Meng” – Orbis Books, 1982)

Tiga kata ajaib

Aku mau bagi sedikit tips.. yang dulu pernah aku baca dari sebuah bukuku.. tapi udah lama banget, aku juga udah lupa judul dan siapa pengarangnya.. tapi yang jelas aku masih inget betul inti tips ini.. soale tiga kata ini masih aku pegang sampe sekarang .. Tiga kata ini pernah memberi arti tersendiri dalam hidupku, membawa perubahan besar dalam fase-fase hidupku beberapa tahun lalu..
Tiga kata ajaib itu ialah :
1. MAAF
Jangan segan-segan untuk mengucapkan maaf. Mungkin sebagian orang merasa pantang untuk mengucapkan kata ini, karena banyak anggapan bahwa orang yang meminta maaf akan dianggap lemah, kalah, atau tidak berdaya..
Benarkah ?
Tidak !!  kata maaf dapat memunculkan sifat rendah hati, “Maaf” membuat kita bisa menerima keadaan diri kita.. sebagai seorang manusia biasa, yang nggak mungkin luput dari kesalahan.
“Maaf” dapat membantu kita dalam ‘proses mengampuni’ diri sendiri – yang pada akhirnya dapat membawa ke proses ‘mengampuni orang lain’. “Maaf” bukan berarti kalah, sebaliknya, maaf membuat kita belajar menghargai orang lain yang pada akhirnya akan membawa ‘kemenangan tak terduga’ pada diri kita – “Maaf” memberi pelajaran bahwa ‘kebenaran adalah hak bagi semua orang’.
Bahkan, kadangkala “maaf” dapat membuat musuh-musuh kita malu, malu akan dirinya sendiri, malu akan kesombongan dan keangkuhan yang selalu ia pegang selama ini (Apalagi kalau dia betul-betul tahu bahwa sebenarnya kesalahan ada pada dirinya sendiri).
Dan jangan takut untuk meminta maaf !!! dan jangan pernah khawatir “Maaf”-mu tidak  diterima.. Bukankah di dalam lubuk hati terdalam setiap manusia, akan selalu ada keinginan untuk memaafkan dan mengampuni orang lain ?
So.. Jangan ragu-ragu untuk mengucapkan kata “Maaf” – dan buka hati anda, serta hancurkan kesombongan itu !
2. TOLONG
Setiap orang tahu, kalau kita adalah makhluk sosial – makhluk yang tak mungkin mampu hidup sendiri tanpa orang lain. So.. kata “Tolong” adalah kata yang ‘sangat wajar diucapkan’.
“Tolong” membuat kita menyadari keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam diri kita.. “tolong” membuat kita ‘lebih mampu’ menerima diri kita sendiri – secara apa adanya. “Tolong” membuat kita lebih mampu untuk melihat secara jernih.. apa yang bisa dan apa yang tidak bisa kita lakukan – dan dalam proses lebih lanjut hal ini dapat membantu kita untuk menerima setiap kekurangan yang ada dalam diri kita.
Sebagian orang merasa ‘malu’ untuk berkata “tolong” ..kenapa ? karena secara tidak sadar kita memang ‘terdidik’ untuk menjadi ‘mandiri’..  MANDIRI ? .. TIDAK !! Mandiri bukan berarti kita tidak membutuhkan orang lain, mandiri bukan berarti menjadi egois dan tidak pernah melibatkan orang lain. Mandiri adalah sebuah proses penemuan jati diri – dan setahuku kata “Tolong” akan sangat dibutuhkan untuk menuju kemandirian.. dan jika tidak – anda akan tersesat kepada keegoisan semata.
Jangan ragu-ragu untuk meminta tolong kepada seseorang.. tahukah anda bahwa di dalam hati seseorang pasti selalu ada keinginan untuk menolong orang lain ? bahwa selalu muncul harapan agar bisa membantu dan berarti bagi orang lain ? Yup !! ini adalah insting alami yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia.
So.. hargailah orang lain dengan meminta ‘tolong’ kepada dia.. buatlah dia merasa berharga di hidupmu, biarkan dia merasa lega dan bahagia karena bisa menolong anda.. Jangan malu untuk meminta tolong kepada orang lain.. termasuk orang-orang yang anda benci – karena biasanya kebencian itu akan ‘runtuh’ saat kasih mengalir dalam sebuah pertolongan yang tulus.
3. TERIMA KASIH
Terima kasih ? yup.. kata-kata yang sering kita lupakan saat kita menerima bantuan dari orang lain. Memang, bagi sebagian orang – sangat sulit untuk mengucapkan ini. Kenapa? karena “terima kasih” membutuhkan ketulusan, “terima kasih” membutuhkan tatapan mata yang hangat, “terima kasih” membutuhkan sentuhan kasih…  sudahkah kita lupa akan hal-hal ini ?
Kita harus menyadari, bahwa sebenarnya bantuan yang diberikan orang lain kepada kita – apapun itu – tidak akan bisa tergantikan. Banyak orang berusaha ‘membalas budi’ kepada orang lain.. tetapi seringkali hal ini malah melahirkan kekecewaan bahkan permusuhan.
Kenapa ? karena tidak akan ada budi yang bisa terbalaskan.. mata tidak mungkin diganti dengan mata – gigi tidak  mungkin digantikan dengan gigi – dan hidup tidak akan mungkin digantikan dengan hidup !
Bagaimana jika yang memberi bantuan tersebut adalah bukan orang yang kita kenal ? bagaimana jika yang memberi bantuan tersebut adalah orang tua kita ? bagaimana jika yang memberi bantuan tersebut adalah seorang malaikat ? dan bagaimana jika yang memberi bantuan tersebut adalah Tuhan ? mampukah kita ‘membalas-Nya’ ?
Jawabannya simpel : MAMPU !!
Tuhan telah merakit dua kata ini untuk anda.. TERIMA KASIH !! dua kata ini sudah mewakili semuanya. Dua kata ini sudah mewakili balasan apapun yang pernah diberikan oleh orang-orang di sekitar anda. Kata ‘terima kasih’ yang anda ucapkan – mewujudkan bahwa pertolongan yang dia berikan adalah pertolongan yang tak terbalaskan – pertolongan yang sangat berarti bagi hidup anda.
sudah berapa lamakah anda mulai ‘lupa’ mengucapkan kata-kata ini kepada orang tua, teman, atau Tuhan ?
Saya jadi ingat – ketika saya diwisuda – yang berarti awal kedewasaan hidup saya – saya bersujud dan mengucapkan ‘terima kasih’ kepada Bapak saya, yang sebagai single parent telah menjaga dan membiayai sekolah saya dari kecil.. dan tahukah apa yang terjadi ? kami menangis bersama ! sebuah hal yang sangat langka di keluarga kami.. segala kebencian dan permusuhan itu.. semuanya hancur lebur di hari wisudaku.. berganti dengan pelukan dan ciuman kasih perdamaian.. aku mulai tahu bahwa “Terima Kasih” juga mempunyai kekuatan dahsyat yang luar biasa..
Terima kasih.. dapat membuat anda belajar menghargai orang lain, dapat membuat anda ‘berdamai’ – dengan sesama, dengan alam.. dan dengan Tuhan..
Tiga kata diatas adalah tiga kata yang luar biasa – mampu merubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin – tiga kata yang bisa merubah seluruh siklus hidup menjadi lebih baik.. semoga..

OK.. that’s all my tips for today.. see u..

The Luck Factor


the-luck-factor
Di posting ini aku mo cerita tentang sebuah buku…
Beberapa hari lalu ada seorang temen yang baru pulang piknik dari luar negeri. Ia memberiku oleh-oleh buku sebuah buku yang berjudul “The Luck Factor”, tulisan dari seorang psikolog Max Gunther. Aku coba baca, dan ternyata aku banyak nemu pemikiran-pemikiran keren penulisnya. Bukan hanya ‘pemikiran’ belaka, karena buku ini adalah hasil riset psikologi dia  selama beberapa tahun.
Dalam buku ini, Max Gunther memaparkan hasil penelitian-penelitiannya tentang keberuntungan. Tahukah keberuntungan itu apa? ‘beruntung’ itu berbeda dengan ‘sukses’. Tetapi keberuntungan adalah salah satu faktor utama yang bisa membawa seseorang menjadi sukses atau gagal.
Orang yang sudah giat bekerja, terus belajar, pantang menyerah – tetapi tidak beruntung – biasanya tetap sulit untuk sukses. orang yang memiliki keberuntungan biasanya lebih ‘dekat’ dengan kesuksesan.
Max Gunther mengartikan ‘beruntung’ adalah  sebuah kejadian mendadak – yang mampu merubah hidup kita menjadi lebih baik – dengan cara-cara yang tidak masuk akal.
Contohnya adalah ketika saat kita menemukan uang di jalan; saat tiba-tiba bertemu pejabat yang mau memberi pekerjaan; menang undian; tidak sengaja ‘menabrak’ cewek cantik, seksi, baik hati, kaya raya – yang kelak menjadi istri kita.. (wuih… pengeeen)  dan sebagainya.  Orang yang sering mengalami kejadian-kejadian seperti ini akan disebut sebagai ‘orang beruntung’.
Dalam penelitiannya, Max Gunther membandingkan dua kelompok orang, yaitu orang-orang yang ‘tidak beruntung’ dan orang-orang ‘beruntung’. Dia lalu meneliti cara hidup, cara pikir, kebiasaan, hingga sifat-sifat dari dua kelompok orang itu.
Dia menemukan kesimpulan yang fantastis, ternyata orang-orang yang ‘beruntung’ memiliki karakter yang sangat berbeda dengan orang-orang yang ‘tidak beruntung’. Orang yang beruntung biasanya :
  • Rajin
  • Melakukan sesuatu dan bekerja secara sungguh-sungguh demi kepuasan batin, bukan sekedar demi uang saja.
  • Suka menolong dan punya fokus yang besar terhadap kehidupan di sekitarnya.
  • Positive thinking
  • Selalu kelihatan bersemangat dan tidak mudah menyerah
  • Punya idealisme, tidak plin-plan, selalu mantap dengan keputusannya.
  • Percaya diri
  • Sabar, tahu betul bahwa tidak semua hal bisa dipersingkat, sadar bahwa ada tahap-tahap tertentu untuk dapat meraih sesuatu.
Sedangkan orang-orang yang kurang beruntung biasanya :
  • Suka menyepelekan.
  • Bekerja cenderung karena uang atau imbalan. Jika tidak ada uang atau imbalan dibalik sebuah pekerjaan/aktivitas , ia akan menghindarinya.
  • Mementingkan diri sendiri dan enggan berfokus pada orang lain.
  • Negative thinking atau malah terlalu positive thinking.
  • Bingung memutuskan sesuatu, dan lebih percaya keputusan orang lain dari pada keputusannya sendiri.
  • Mudah putus asa atau malah terlalu percaya diri (baca: nekat).
  • Tidak sabaran, mengharapkan semuanya segala praktis dan cepat saji.
Di buku ini sebenarnya masih banyak analisa dan kesimpulan-kesimpulan lain yang tidak mungkin ditulis semua di blog ini. Penelitian yang dia tulis di buku ini juga tidak cuma satu kali saja, melainkan melalui banyak eksperimen dengan sampel yang berbeda-beda, tetapi semua penelitian itu mengacu pada sebuah kesimpulan yang sama :
Keberuntungan bukan sekedar nasib, keberuntungan tidak hanya datang begitu saja, melainkan bisa ‘diciptakan’ oleh manusia itu sendiri.

Kebahagiaan adalah jalan!

Dulu aku berpikir, jika aku dapat memiliki dan menikah dengan ‘dia’ ; kita akan hidup bahagia. Tetapi tahukah, bahwa setelah aku menikah dengan dia, masalah mulai muncul. Apalagi saat anak pertama lahir. Banyak masalah yang terjadi: ego, ambisi, semuanya campur aduk menjadi satu.
Saat anak-anak kami sudah remaja, masalah baru muncul kembali. Anak lelakiku yang bungsu lulus dari SMU, dan kami butuh uang banyak untuk membiayai dia untuk masuk universitas. Belum lagi anakku yang perempuan, dia harus segera membayar biaya wisuda yang cukup besar agar dapat gelar sarjana.
Saya juga sering berpikir, jika suamiku (yang dulu ganteng dan diidolakan banyak wanita) kaya raya, tentunya aku tidak perlu pusing-pusing bekerja part time untuk memenuhi kebutuhan keluargaku.. dan semua masalah ini tentu tidak akan terjadi.
Saya selalu kesulitan mencerna semua kejadian itu.. seolah-olah kebahagiaan tidak pernah hadir dalam hidupku. Hingga ‘titik’ waktu itu datang dan membuka mata dan hatiku.
Sekarang saya sadar… bahwa bahagia adalah sekarang! bukan saat aku punya ini atau itu… bukan pula saat aku bisa ini atau itu.
Kebahagiaan adalah jalan! kebahagiaan justru adalah proses menuju kesejerahteraan (dan kekayaan)! jika aku tidak bahagia saat ini juga, kelak apapun yang aku miliki tidak akan membawa kebahagiaan padaku.
Sebab hidup terus berputar, hidup selalu penuh tantangan. Setiap masalah yang berakhir, akan memunculkan masalah yang lain.. lalu bagaimana menyelesaikan masalah itu? dengan berbahagia dan bersyukur !
Ya!.. saya mulai mengetahui kunci itu! kebahagiaan adalah sebuah alat ! kebahagiaan bukan tujuan hidup, tetapi ‘sarana’ untuk menempuh tujuan itu. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dicari.. tetapi dibangkitkan dari dalam hati. Sedangkan apapun yang kita capai, lebih pantas disebut sebagai ‘kesenangan’… yup, yaitu ‘kebahagiaan yang sesaat’.
So… jangan tunggu hingga lulus kuliah, jangan tunggu bisa jadi pacar dia, jangan tunggu jadi kaya, jangan tunggu jadi direktur…  sebab anda bisa bahagia sekarang juga.. nikmati dan iklaskan apa yang kamu alami saat ini. Bersyukurlah atas apa yang sudah kamu miliki dan yang belum kamu miliki…
(disadur dari “Dance Like No One’s Watching” oleh Crystal Boyd, 1997)

Seratus dollar

Seorang motivator dunia berdiri di atas mimbar. Ya, dia memang bertugas untuk memberi motivasi kepada sebuah perhimpunan pegawai perusahaan. Ruang seminar di hotel itu penuh dengan orang. Sekitar 300 pegawai berpakaian rapi sudah berkumpul dan duduk tenang di kursinya masing-masing. Mata mereka memandang ke arah motivator itu, seakan mengharap ada pencerahan baru yang didapatkan.
Dengan tenang, motivator mengeluarkan selembar uang seratus dollar dari sakunya. Uang itu tampak masih sangat baru. “Siapa yang mau uang ini?” serunya. Semua hadirin mengangkat tangannya tanda setuju. Beberapa diantaranya sambil senyum-senyum sendiri dan bertanya-tanya dalam hati apa maksud motivator itu.
Motivator tersebut lalu meremas-remas uang seratus dollar itu. Uang yang tadinya tampak rapi sekarang sudah berubah menjadi bertekuk-tekuk tidak karuan. Motivator itu berseru lagi, “Siapa yang mau uang ini?” Serentak seluruh hadirin tetap mengangkat tangannya. Motivator kemudian menyeka keringatnya dengan uang itu, lalu menaruh uang di lantai mimbar dan menginjak-injaknya hingga kotor. “Siapa yang masih mau uang ini?” Sambil tertawa-tawa seluruh hadirin pun kembali mengangkat tangannya.
“Sahabat semua.” Kata motivator itu, “Ini adalah sebuah pelajaran berharga. Apapun yang telah saya lakukan terhadap uang ini ternyata tidak mempengaruhi keinginan Anda untuk memilikinya. Anda mau, karena Anda tahu sekotor apapun bentuknya, uang ini tidak akan berubah nilainya. Seratus dollar ini tetap seratus dollar, masih bisa dipakai untuk membeli barang, baju, atau apapun yang Anda mau.”
Dengan cukup bersahaja motivator itu melanjutkan ceritanya, “Seperti halnya hidup, mungkin Anda pernah jatuh, pernah kotor, pernah ‘menyeka keringat orang’, pernah dinjak-injak, tidak ganteng, tidak kaya, atau apalah.. Tetapi sebenarnya itu semua tidak pernah bisa merubah nilai Anda sebagai seorang manusia. Sekali dilahirkan sebagai seorang manusia, selamanya Anda tetap menjadi manusia, sama seperti saya, bagaimanapun bentuknya.”
Setelah menghela nafas, motivator itu berkata lagi, “Anda bernilai dan berharga bagi orang-orang di sekitar Anda. Anda memiliki peran penting di dalam kehidupan di sekitar Anda. Anda adalah sosok yang spesial dan bernilai tinggi, terutama bagi orang-orang yang menyayangi Anda. Bahkan jika sudah tidak ada lagi yang menyayangi Anda, Anda tetap istimewa bagi Dia yang menciptakan Anda.”

Cara mendapatkan pria kaya.

Seorang gadis mengirim surat ke sebuah majalah terkenal. Gadis tersebut sangat cantik dan sangat populer di lingkungan sekitarnya. Karena dianggap unik, majalah terkenal tersebut lalu memuat tulisan itu dengan judul “Apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan pria kaya?”. Demikian surat gadis cantik tersebut:
Maaf jika sedikit menyindir, tetapi saya hanya mencoba jujur dengan apa yang saya pikirkan selama ini. Saya berumur 25 tahun, sangat cantik, dan punya selera fashion yang sangat bagus. Saya ingin menikah dengan seorang pria yang berpenghasilan minimal 500 ribu dollar per tahun.
Anda mungkin berpikir saya matre, tetapi persyaratan yang saya ajukan tersebut sebenarnya sangat wajar. Tahukah Anda jika penghasilan 1 juta dollar per tahun hanya dianggap sebagai kelas menengah di New York? Saya hanya mengajukan syarat separuhnya sehingga saya kira cukup masuk akal.
Adakah diantara pembaca majalah ini yang punya penghasilan minimum 500 ribu dollar per tahun? Apa kalian mau menikah denganku? Yang ingin saya tanyakan ialah apa yang harus saya lakukan untuk menikahi orang kaya seperti Anda?
Pria terkaya yang pernah kencan dengan saya hanya berpenghasilan 250 ribu dollar per tahun. Saya yakin Anda tahu, penghasilan segitu tidaklah cukup untuk hidup di pemukiman elit City Garden, NewYork.
Dengan kerendahan hati, saya ingin menanyakan di mana saya bisa bertemu pria lajang kaya? Pria umur berapa yang harus saya cari? Kenapa kebanyakan istri orang-orang kaya hanya berpenampilan ‘standar’? Saya pernah bertemu dengan beberapa wanita yang memiliki penampilan ‘tidak menarik’, tetapi mereka justru mendapatkan pria kaya.
Bagaimana cara Anda, para pria kaya, mengambil keputusan siapa yang kelak menjadi istri dan siapa yang hanya pantas menjadi pacar?
(Si Cantik)
.
Tidak disangka, tulisan yang berisi banyak tantangan tersebut ditanggapi oleh banyak pria kaya dengan serius. Di bawah ini adalah balasan dari seorang pria kaya yang bekerja di Finansial Wall Street:
.
Saya sangat bersemangat saat membaca surat Anda. Saya rasa banyak gadis di luar sana yang punya pertanyaan sama dengan Anda. Ijinkan saya untuk menganalisa situasi yang Anda alami, tentunya dari sudut pandang seorang profesional. Penghasilan saya per tahun lebih dari 500 ribu dollar, sesuai dengan syaratmu, jadi saya tidak main-main dengan balasan saya ini.
Menurut saya, jika dipandang dari sisi bisnis, menikahi Anda adalah sebuah keputusan yang salah. Jawabannya mudah, Saya akan coba menjelaskannya.
Saya menarik kesimpulan bahwa Anda telah menempatkan “kecantikan” dan “uang” adalah dua hal yang sederajat, di mana Anda mencoba menukar kecantikan dengan uang. Pihak A menyediakan kecantikan dan Pihak B membayar untuk itu, hal yang masuk akal. Tetapi, ada masalah besar di sini, yaitu kelak kecantikan Anda akan hilang. Faktanya, penghasilan saya mungkin akan meningkat dari tahun ke tahun, tetapi Anda tidak akan bertambah cantik tahun demi tahun. Dan sebagai seorang pebisnis saya tidak akan merelakan uang saya hilang tanpa alasan yang jelas.
Jika dipandang dari sudut ekonomi, saya adalah aset positif yang selalu meningkat dan Anda adalah aset negatif yang selalu menyusut atau liabilitas. Bahkan, saya bisa berkata bahwa penyusutan aset yang Anda miliki bukan hanya penyusutan normal, tetapi penyusutan eksponensial. Jika Anda menganggap kecantikan sebagai aset, tentunya nilai Anda akan sangat mengkhawatirkan 10 tahun mendatang.
Setiap aset selalu memiliki nilai tukar. Kecantikan Anda juga memiliki nilai tukar. Berdasarkan aturan yang kita gunakan di Wall Street, jika nilai tukar sebuah aset selalu turun maka aset tersebut harus segera dilepaskan. Menyimpan aset menurun dalam jangka waktu lama adalah ide yang sangat buruk. Maaf jika terdengar kasar, tetapi semua pria kaya tahu bahwa setiap aset dengan nilai depresiasi besar harus segera dijual atau setidaknya “disewakan”.
Anda seharusnya tahu bahwa pria dengan penghasilan lebih dari 500 ribu dollar per tahun pasti bukanlah pria bodoh. Kami mungkin mau berkencan dengan Anda, tetapi tidak untuk menikahi Anda. Saya menyarankan agar Anda melupakan saja ide untuk mencari cara menikahi pria kaya. Lebih baik Anda menjadikan diri Anda orang kaya dengan pendapatan lebih dari 500 ribu dollar per tahun. Hal ini lebih bagus daripada mencari pria kaya bodoh yang mau menikahi Anda.
Mudah2an balasan ini dapat membantu. Jika Anda tertarik dengan servis “sewa pinjam”, silahkan hubungi saya.
(J.P. Morgan)**
.
**J.P Morgan adalah pendiri salah satu bank terbesar di Amerika yaitu J.P Morgan Chase Bank

Raja kura kura

“I have a nice story, yg dikarang oleh Theodor Seuss Geisel, pengarang buku cerita anak-anak terkenal, cerita ini tentang seekor kura-kura bernama Yertle.
Yertle adalah raja kura-kura di sebuah kolam yang aman dan damai. Setiap hari ia duduk di takhtanya, yakni sebuah batu di tengah kolam. Suatu saat ia berpikir, andai takhtanya lebih tinggi, tentu ia dapat melihat banyak hal yang indah di luar kolam.
“Yertle mendapat akal. Ia memerintahkan sembilan ekor kura-kura untuk saling menaiki punggung, sehingga tersusun tinggi ke atas. Lalu ia naik ke punggung kura-kura paling atas dan melihat pemandangan yang luas dari tempat tinggi.
Mack, kura-kura yang berada paling bawah, mengeluh kesakitan. Namun, Yertle tidak peduli. Ia terus memerintah supaya jumlah tumpukan kura-kura ditambah. Sampai akhirnya, jumlah kura-kura yang bertumpuk adalah 5.816 ekor. Ketika itulah Mack – yang berada di paling bawah – bersendawa.
Lalu bergoyanglah kura-kura lain di atasnya. Akibatnya, Yertle yang berada di ketinggian jatuh, dan mati.

Yg jelas selalu ada ‘upah’ saat kita mulai tamak dan sombong dengan kedudukan.. entah kekayaan, kepandaian, kecantikan, karir, gelar, bla-bla-bla dst… just becarefull… somehow when we try too much.. its can kill us..

Anjing yang cerdas

Seorang tukang daging heran ketika melihat ada anjing yang masuk ke tokonya, dia beberapa kali mencoba mengusir anjing itu, tetapi beberapa kali juga anjing itu selalu kembali lagi ke tokonya.
“Dengan penuh tanda tanya, akhirnya tukang daging tersebut mulai mendekati dan mengamati anjing tersebut. Penjual daging itu terkejut ketika ia mendapati bahwa ada sebuah kertas kecil yang tergantung di leher anjing itu dan bertuliskan : “Berikan aku 12 sosis dan 1 paha kambing”. Penjual daging itupun makin terkejut lagi ketika ia mendapati bahwa anjing itu juga menggigit uang 20 dollar – jumlah yang cukup untuk membeli ‘pesanan’ anjing itu.
“Dengan merasa agak aneh, penjual daging itu mengambil uang dari mulut anjing itu, menyiapkan ‘pesanannya’, membungkus 12 sosis dan 1 paha kambing ke dalam sebuah tas plastik, lalu memberikannya kepada anjing itu. Anjing itu pun dengan sigap menggigit pegangan tas plastik itu … lalu ngeloyor pergi.
“Penjual daging sangat penasaran dengan anjing tersebut. Kebetulan saat itu sekitar pukul 5 sore.. “Waktu tutup toko !” penjual daging itu berkata. Ia lalu bergegas menutup tokonya secepat mungkin, dan segera mengikuti ke mana anjing itu pergi.
“Saat anjing itu akan menyeberangi jalan – penjual daging mengamatinya – anjing itu meletakkan tas plastiknya, lalu melompat untuk menekan Tombo Penyeberangan. Sesaat, anjing itu menunggu lalu-lintas aman, dan anjing itu pun menyeberang jalan bersama tas plastiknya.
“Disudut jalan, anjing itu berhenti di sebuah halte bus, lalu mengamati Jadwal Bus yang ada di situ. Lalu dengan sabar, anjing itu duduk di kursi tunggu – menunggu bus datang.
” Sebuah bus pun datang, anjing itu segera berlari-lari berusaha melihat bagian belakang bus – yang biasanya terpampang no seri tujuannya, rupanya itu bukan bus yang ia cari, dan anjing itu pun kembali duduk di kursi tunggu.
“Beberapa menit kemudian, bus lain datang. Seperti tadi, anjing itu langsung berlari ke belakang bus untuk melihat nomor serinya. Dan dengan segera, anjing – dengan tas plastik yang masih dimulutnya – segera bergegas masuk ke dalam bus. Si tukang daging pun ikut-ikutan masuk ke dalam bus – kali ini dengan mulut melongo.
“Setelah sekitar 20 menit perjalanan, Anjing itu pun lalu turun di depan sebuah rumah megah, sambil berlari-lari kecil dengan barang bawaannya, anjing itu masuk ke pelataran rumah itu. Sang tukang daging pun juga ikut turun dari bus dan mengamatinya.
“Saat sampai di depan pintu depan, anjing itu lalu meletakkan barang bawaannya di tangga – mundur beberapa langkah – lalu lari dan membenturkan badannya ke pintu. Hal ini dilakukannya beberapa kali.
“Merasa tidak berhasil membuka pintu depan, anjing itu lalu berlari ke samping rumah – memanjat tembok kecil yang ada di situ – lalu membentur-benturkan kepalanya pada sebuah jendela. Lalu ia turun dan segera berlari ke depan pintu depan lagi.
“Beberapa saat kemudian seorang pria gemuk keluar dari pintu depan, sambil berteriak, “Dasar anjing bodoh !” Pria itu pun membentak-bentak anjing itu, memukulnya, dan menendangnya, sambil mengumpat beberapa kali.
“Merasa ‘tidak terima’ , si tukang daging itu pun menghampiri si pemilik rumah sambil berseru, “Hey ! apa yang kau lakukan ? anjing ini jenius, bahkan anjingmu ini layak untuk muncul di TV !”
Tidak mau kalah, Pria pemilik rumah itu pun menjawab, “Apa kau bilang ? jenius ?” Pria gemuk itu melanjutkan, “Sudah dua kali dalam seminggu – anjing ini lupa membawa kunci pintu depan ! benar-benar bodoh ! dasar anjing tolol !”.
…Orang kadang kala tidak pernah puas dengan apa yang ia dapatkan. Seperti halnya dalam perusahaan, sering kita lihat, bahwa pimpinan sering tidak tau bagaimana cara menghargai pegawai-pegawainya – yang telah dengan setia melayani dan ‘mencarikan uang’ baginya. Saya sendiri sering sekali melihat, bagaimana banyak perusahaan kehilangan orang-orang terbaiknya – karena sang pemimpin gagal memberikan penghargaan yang pantas bagi para pegawainya.
Pegawai seringkali harus pasrah menerima kenyataan, bahwa bagaimanapun pimpinan tetap memiliki kekuatan dan otoritas yang ‘tak terlawan’. Si pimpinan sendiri pun terus berusaha menonjolkan superioritasnya – lewat cara mereka memberikan perintah dan ‘teladan’ – seolah-olah ‘aku’ adalah ‘luar biasa’ dan ‘segalanya’.
Kalo boleh dibilang, mereka ini adalah orang-orang tolol. Dan semua orangpun tahu akan hal ini (kecuali mereka sendiri). Mereka tidak akan pernah puas, sekalipun orang-orang telah memberikan pelayanan terbaiknya.
Orang orang seperti ini tidak akan pernah mau menerima opini dan ide dari orang-orang dibawahnya. Kenapa ? karena mereka terlalu bangga pada dirinya sendiri.
Kenapa mereka tidak pernah puas ? karena mereka terlalu sibuk menutupi kekurangannya sendiri – dan kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa mereka ‘tidak sempurna’. Padahal, fakta selalu membuktikan bahwa orang yang produktif adalah orang yang lebih berorientasi pada “others-centered” dari pada “self-centered”.
Ada sebuah konsep terindah : pimpinan bukan berarti ‘penekan’, melainkan sebagai ‘pendorong’ . Ia adalah seorang ‘motivator’ bukannya ‘manipulator’. Kebahagiaannya adalah ketika ia dapat melihat bawahannya dapat bekerja penuh semangat, tanpa terpaksa, tanpa harus diawasi, dan tanpa diancam.

Kasih Terbesar

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya…”

Pada suatu siang, sebuah peluru mortir mendarat di sebuah panti asuhan di sebuah perkampungan kecil Vietnam. Seorang petugas panti asuhan dan dua orang anak langsung tewas, beberapa anak lainnya terluka, termasuk seorang gadis kecil yang berusia sekitar 8 tahun.
Orang-orang dari kampung tersebut segera meminta pertolongan medis dari kota terdekat.  Akhirnya, seorang dokter Angkatan Laut Amerika dan seorang perawat dari Perancis yang kebetulan berada di kota itu bersedia menolong. Dengan membawa Jeep yang berisi obat-obatan dan perlengkapan medis mereka berangkat menuju panti asuhan tersebut.
Setelah melihat keadaan gadis kecil itu, dokter menyimpulkan bahwa anak tersebut sudah dalam keadaan yang sangat kritis. Tanpa tindakan cepat, anak itu akan segera meninggal kehabisan darah. Transfusi darah adalah jalan terbaik untuk keluar dari masa kritis ini.
Dokter dan perawat tersebut segera mengadakan pengujian singkat kepada orang-orang di panti asuhan – termasuk anak-anak,  untuk menemukan  golongan darah yang cocok dengan gadis kecil itu.  Dari pengujian tersebut ditemukan beberapa orang anak yang memiliki kecocokan darah dengan gadis kecil tersebut.
Sang dokter, yang tidak begitu lancar berberbahasa Vietnam – berusaha keras menerangkan kepada anak-anak tersebut – bahwa gadis kecil itu hanya bisa ditolong dengan menggunakan darah salah satu anak-anak itu. Kemudian, dengan berbagai bahasa isyarat, tim medis menanyakan apakah ada di antara anak-anak itu yang bersedia menyumbangkan darahnya bagi si gadis kecil yang terluka parah.
Permintaan itu ditanggapi dengan diam seribu bahasa. Setelah agak lama, seorang anak mengacungkan tangannya perlahan-lahan, tetapi dalam keraguan ia menurunkan tangannya lagi, walaupun sesaat kemudian ia mengacungkan tangannya lagi.
“Oh, terima kasih,” kata perawat itu terpatah-patah. “Siapa namamu ?”
“Heng,” jawab anak itu.
Heng kemudian dibaringkan ke tandu, lengannya diusap dengan alkohol, dan kemudian sebatang jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darahnya. Selama proses ini, Heng terbaring kaku, tidak bergerak sama sekali.
Namun, beberapa saat kemudian ia menangis terisak-isak, dan dengan cepat menutupi wajahnya dengan tangannya yang bebas.
“Apakah engkau kesakitan, Heng ?” tanya dokter itu. Heng menggelengkan kepalanya, tetapi tidak lama kemudian Heng menangis lagi, kali ini lebih keras. Sekali lagi dokter bertanya, apakah jarum yang menusuknya tersebut membuatnya sakit, dan Heng menggelengkan kepalanya lagi.
Tetapi tangisan itu tidak juga berhenti, malah makin memilukan. Mata Heng terpejam rapat, sedangkan tangannya berusaha menutup mulutnya untuk menahan isakan tangis.
Tim medis itu menjadi khawatir, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah seorang perawat Vietnam segera datang. Melihat anak kecil itu yang tampak tertekan – ia berbicara cepat dalam bahasa Vietnam. Perawat Vietnam itu mendengarkan jawaban anak itu dengan penuh perhatian, dan kemudian perawat itu menjelaskan sesuatu pada Heng dengan nada suara yang menghibur.
Anak itu mulai berhenti menangis – dan menatap lembut mata perawat Vietnam itu beberapa saat. Ketika perawat Vietnam itu mengangguk – tampak sinar kelegaan menyinari wajah Heng.
Sambil melihat ke atas, perawat itu berkata lirih kepada dokter Amerika tersebut, “Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira anda memintanya untuk memberikan seluruh darahnya agar gadis kecil itu tetap hidup.”
“Tetapi kenapa ia tetap mau melakukannya ?” tanya sang perawat Perancis dengan heran.
Perawat Vietnam itu kembali bertanya kepada Heng.. dan Heng pun menjawab dengan singkat :
“Ia sahabat saya..”
(Seperti yang ditulis oleh Kolonel dr. John W. Mansur, – termuat dalam buku “The Missileer”, New York, 2004)

Menebus Maaf, Melupa Salah

Apapun yang kau berikan kepada alam, suatu saat alam akan mengembalikannya, lengkap dengan bunga-bunganya …

Konon pada suatu masa di sebuah kota kecil, hidup dua orang pemuda. Mereka memang cukup ganteng dan populer di jamannya, tetapi di sisi lain mereka adalah cowok yang cukup bandel, liar, dan tidak pernah menghormati orang lain – sekalipun dilahirkan dari keluarga yang cukup terhormat.
Perilaku keliru ini belakangan menjadi kasus yang cukup serius ketika mereka mencuri domba dari peternak setempat. Dan hal ini adalah kejahatan yang cukup besar di masyarakat penggembala tersebut.
Sepandai-pandainya mereka, akhirnya cowok-cowok  itu tertangkap.
Karena malu, para orang tua kedua cowok itu segera mengusir dari rumahnya. Para penggembala pun mulai berunding untuk menentukan hukuman apa yang paling cocok bagi mereka. Para penggembala akhirnya memutuskan untuk memberi tatoo di jidat mereka dengan tulisan “ST”, singkatan dari “Sheep Thief” (pencuri domba). Karena bersifat permanen, maka tatoo ini akan kelihatan di dahi mereka seumur hidup.
Salah seorang diantara cowok itu cukup malu dengan tatoo tersebut, sehingga ia melarikan diri dari kota tersebut, dan tidak pernah ada kabar beritanya lagi.
Yang seorang lagi, dengan penyesalan mendalam dan tekad untuk memperbaiki hubungan dengan masyarakatnya. Ia memilih untuk tetap tinggal di kota dan mulai berbuat baik, terutama kepada warga yang pernah ia rugikan sebelumnya. Beberapa kali perbuatan baiknya ini malah menimbulkan kecurigaan dari masyarakat setempat, tetapi cowok itu tetap saja berbuat baik tanpa mempedulikan apa kata warga.
Setiap kali ada yang sakit, pencuri domba itu datang untuk merawat si sakit, membuatkannya bubur hangat dan menghiburnya dengan berbagai cerita-cerita lucu. Setiap ada kesibukan dan perayaan, pencuri domba itu selalu membantu dengan sukarela.
Ia tidak pernah memperhatikan apakah yang dibantunya itu kaya atau miskin. Kadang ia menerima tanda ucapan terima kasih, entah makanan maupun uang – tetapi lebih sering ia tidak pernah menerima apapun atas segala bantuannya – dan ia memang tidak pernah memperdulikan hal itu.
Beberapa puluh tahun kemudian, seorang turis datang ke kota itu – kota yang terkenal dengan udaranya yang sejuk dan kehidupan pedesaan yang masih alami. Ketika singgah pada sebuah warung di pinggir jalan, pelancong itu melihat seorang lelaki tua, dengan tatoo “ST” di jidatnya – sedang duduk di kursi goyang. Mata teduh orang tua itu tertuju pada ribuan domba di ladang samping rumahnya yang cukup megah di desa itu.
Turis itu juga memperhatikan bagaimana orang-orang yang lewat di depan rumah itu selalu menyempatkan diri untuk bercakap-cakap dengan orang tua itu – dan menunjukkan sikap yang sangat hormat, seolah-olah orang tua itu adalah bapaknya sendiri.
Ia juga melihat banyak sekali anak-anak yang bermain di halaman rumah yang tidak memiliki pagar itu. Turis mengamati, sesekali anak-anak itu menghentikan permainan mereka dan memeluk mesra orang tua itu.
Karena penasaran, orang asing itu bertanya kepada pemilik warung, “Apa arti huruf ST yang tertulis di jidat orang tua itu ?”
Jawab pemilik warung, “Saya tidak tahu. Kejadiannya sudah lama sekali…” sahut pemilik warung. Setelah terdiam sejenak untuk merenung, pemilik warung tersebut melanjutkan, “… mmm, menurut saya tulisan itu singkatan dari kata ‘Santo‘. “
(Willane Ackerman)

Jika Tuhan main petak umpet

Pada suatu saat Tuhan memberi tebakan kepada pada malaikat-malaikatnya, “Jika Aku mau bermain petak umpet dengan manusia, apakah kalian tahu dimana tempat yang paling aman untuk bersembunyi ?”
Malaikat pertama menjawab, “Di dalam laut terdalam !”
“Salah” jawab Tuhan. “Manusia tetap dapat menemukanku, dengan akal pikirannya mereka dapat menciptakan kapal selam canggih yang dapat memetakan seluruh isi laut.”
Malaikat kedua menjawab, “Di puncak gunung Himalaya !”
“Lebih salah lagi !” Tuhan menjawab, “Tanpa teknologi pun manusia dapat menjangkau tempat itu.”
Malaikat ketiga menjawab, “Di bintang atau planet yang sangat jauh dari bumi !”
“Kalau ini sangat konyol !” Tuhan tersenyum, “Tidak usah pergi-pergi jauh kesana pun, manusia sekarang sudah mampu mengintipnya dengan teropong !”
Setelah beberapa lama tidak ada jawaban dari para malaikat-Nya, Tuhan pun membeberkan jawaban tebakan itu.
“Jika ingin tidak terlihat, Aku lebih suka bersembunyi di dalam hati manusia, karena akhir-akhir ini manusia mulai jarang memperhitungkan hatinya..”
Tuhan lalu melanjutkan, “Berbahagialah manusia yang bersih hatinya, karena mereka dapat melihat Aku..”
(Dari “The Orbis” ; William Dych, SJ; 1999)

Hachiko


Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di sekitar bulan November 1923 di Odate, Jepang. Ia pindah ke Tokyo, saat majikannya pindah ke sana.
Pemilik anjing itu bernama Eisaburo Ueno. Eisaburo adalah seorang tua yang tinggal sendirian di rumahnya, istrinya sudah meninggal dan anak-anaknya sudah menikah dan tidak tinggal di situ lagi. Eisaburo Ueno bekerja di sebuah universitas di dekat Tokyo sebagai seorang profesor.
Sudah sebuah kebiasaan bagi orang tua itu untuk menaiki kereta listrik di Stasiun Shibuya untuk bekerja. Ia berangkat sekitar jam 8 pagi, dan biasanya ia pulang dan tiba di stasiun itu kembali sekitar jam 5 sore.
Hachiko, si anjing itu, sangat setia menemani tuannya. Setiap pagi ia berjalan bersama tuannya menuju ke Stasiun Shibuya. Setelah ‘melepas kepergian’ tuannya, anjing itu pulang sendiri ke rumah. Dan uniknya tepat sebelum jam 5 sore, anjing itu sudah datang kembali ke stasiun untuk menjemput tuannya.
Kebiasaan ini dilakukannya setiap hari selama beberapa tahun, dan orang-orang di sekitar situ sudah mulai hapal dengan tingkah anjing (dan pemiliknya) itu. Para petugas stasiun pun selalu tersenyum ramah saat melihat anjing itu berlari-lari kecil menjemput tuannya setiap sore.
Tapi malang, pada suatu siang, Eisaburo mendapatkan serangan jantung di universitas tempatnya bekerja. Ia meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis dari rumah sakit. Segenap keluarganya langsung dihubungi oleh pihak universitas untuk menjemput jenazah Eisaburo.
Lalu bagaimana dengan anjing itu ? Ternyata, pada sore harinya anjing itu tetap datang ke stasiun untuk menjemput tuannya, tapi hingga larut malam ia menunggu, ternyata tuannya tidak datang. Anjing itu pulang kembali ke rumah.
Besok sorenya, anjing itu kembali datang ke Stasiun – dan sekali lagi – ia pulang dengan ‘tangan hampa’. Kebiasaan ini ia lakukan setiap hari. Para petugas stasiun dan orang-orang di situ sangat bersimpati dan kadangkala memberinya makan saat ‘menjemput tuannya’.
Beberapa kerabat Eisaburo pun sebenarnya sudah berusaha untuk memelihara dan merawat anjing itu, tetapi tetap saja – setiap sore anjing itu nekat berlari menuju ke stasiun Shibuya.
Tak terasa 11 tahun sudah berlalu, dan anjing itu tetap melakukan aktivitas hariannya menunggu tuannya di stasiun tiap sore – hingga larut malam, bahkan kadang baru pulang besok paginya setelah pulas tertidur di stasiun.
Setelah berumur 15 tahun, anjing itu akhirnya meninggal dunia dalam kesetiaannya, tepat di tempat dimana ia biasa menunggu tuannya.
Untuk memuji dan menghargai kesetiaan anjing itu, orang-orang membangun sebuah patung Hachiko di Stasiun Shibuya. Patung anjing itu masih berdiri kokoh hingga saat ini – sebagai sebuah inspirasi kesetiaan bagi orang-orang yang melewatinya.

Hidup itu seperti warung makan

Carilah maka kau akan menemukan,
ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu…

 
Seorang Kakek dan Nenek turun dari sebuah bus antar kota di sebuah terminal. Mereka telah menempuh perjalanan dari perjalanan wisatanya di luar negeri. Setelah turun dari pesawat, Kakek dan Nenek tersebut lalu menumpang bus yang telah mereka naiki ini.
Mereka memang berencana untuk langsung menuju kota dimana anak dan cucunya tinggal. Kakek dan Nenek tersebut ingin membagikan oleh-oleh yang mereka dapat dari liburan panjang di masa tuanya.
Dengan membawa barang bawaannya, mereka lalu berjalan menuju sebuah warung makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan.
Kakek dan Nenek itu duduk bersandar di kursi kosong di warung. “Uuhh, sampai juga akhirnya..” Kakek itu menghela nafas. “Empat jam di dalam bus membuat kaki tuaku ini terasa kaku.”
Warung makan itu lumayan besar, dengan jumlah kursi sekitar 30-an buah. Terlihat para pelayannya hiruk pikuk membersihkan meja-meja. Warung itu memang cukup ramai, sekitar tiga per empat jumlah kursinya telah terisi oleh orang-orang yang menikmati makan siangnya. Kakek dan Nenek  itu dengan sabar menunggu pelayan menghampiri untuk menanyakan apa pesanannya.
Setelah lebih dari 20 menit, ternyata tak ada satu pelayan pun yang menghampiri mereka. Para pelayan selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri. Kakek itu lalu memberanikan diri untuk memanggil salah satu pelayan restoran itu.
“mBak, aku mau pesan makanan !” serunya. Dan seruannya itu terdengar oleh salah satu pelayan – yang kemudian datang menghampirinya. Mungkin karena kelelahan, pelayan itu langsung duduk di kursi sebelah depan si kakek itu.
Sambil menyeka keringatnya pelayan itu berkata,
“Wah pak, maaf, di sini warung prasmanan, jadi kalau bapak mau pesan, bapak harus menuju ke meja saji dekat kasir itu”
Pelayan itu lalu melanjutkan,
“Silahkan bapak ambil makanan dan minuman yang bapak suka, kemudian langsung saja bayar di kasir.”
“Oooo begitu..” kata sang kakek. Lalu mereka berdua langsung bergegas menuju meja saji dan melakukan apa yang dikatakan oleh pelayan itu.
Setelah mengambil dan membayar makanannya kakek dan nenek  itu langsung duduk di kursi yang mereka tempati tadi. Si pelayan juga masih berada di situ sambil mengipas-ngipas kepala dengan lap kecilnya.
Sambil mengunyah makanan, si kakek lalu bercerita.
“Tahu tidak, kalau warung makan ini mengingatkanku akan hidup.”
Sang Kakek melanjutkan.
“Kita bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan, asal kita mampu untuk membayarnya. Kita bisa jadi apa saja yang kita mau asal kita mau membelinya dengan harga yang sebanding, kerja keras dan pantang menyerah hanyalah sebagian harga yang harus kita bayar.”
Sambil mengiris daging di piring dengan sendoknya, Kakek itu berkata.
“Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi sukses, tapi sukses tidak akan datang jika kita hanya menunggu seseorang datang kepada kita. Untuk dapat menikmati kesuksesan – kita harus mau berdiri, berjalan, lalu mengambil kesuksesan itu – kemudian membayarnya  … yaah.. tepat seperti di warung prasmanan ini.”
Pelayan itu lalu tersenyum dengan hormat kepada Kakek itu, lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.
(Diadaptasi dari “More Sower’s Seeds” oleh Brian Cavanaugh)

Sembuh...

Di sebuah desa yang sama, tinggal Abdul, Ali, dan Karim. Abdul adalah seorang tukang batu, dia juga punya kebiasaan buruk yaitu bermabuk-mabukan dan tidur dengan wanita-wanita tuna susila.
Ali adalah seorang petani. Dia adalah seorang pekerja keras dan cukup taat dengan agama. Dia bekerja mengelola sawah dan ladangnya dari pagi hingga sore. Pada saat panen, tak lupa ia menyisihkan sepersepuluh hasil ladangnya untuk orang-orang tidak mampu.
Karim adalah seorang Imam. Ia sangat dikenal di desa itu karena ceramah-ceramahnya yang motivatif. Banyak orang kembali bertobat pada Tuhan saat mendengar ceramahnya. Ia adalah seseorang yang total melayani Tuhan.
Pada suatu hari, nasib yang cukup aneh menimpa mereka. Mereka bertiga terjangkit penyakit lepra. Karena sudah peraturan adat, mereka bertiga harus segera diasingkan dari desa tersebut. Penduduk kawatir mereka akan menyebarkan penyakit mengerikan itu. Sebuah gubug kecil pun dibuatkan oleh warga di pinggiran desa, dan mereka bertiga tinggal disana.
Suatu malam, mereka bertiga mendapatkan mimpi sama. Di dalam mimpi itu mereka mendengar Tuhan berkata, “Berdoalah, maka kalian akan sembuh.” Mereka pun segera melaksanakan apa yang dikatakan oleh mimpi tersebut. Setiap pagi dan malam mereka selalu berdoa meminta kesembuhan.
Setelah tiga hari, Abdul si pemabuk itu akhirnya sembuh. Dia segera pulang ke desa dan merasa sangat yakin bahwa Tuhan lebih menyayanginya dari pada dua orang yang lain itu.
Setelah tiga bulan, Ali si petani juga sembuh. Dia juga segera pulang ke desa dan terheran-heran mengapa Tuhan lebih sayang kepadanya dari pada si Karim yang notabene seorang Imam. “Reputasi suci imam itu pasti palsu !” gumamnya pada dirinya sendiri. Petani tersebut juga masih bertanya-tanya kenapa si pemabuk malah sembuh lebih dulu.
Tahun demi tahun pun berlalu. Karim si Imam tidak lelah berdoa kepada Tuhan untuk meminta kesembuhan, namun kesembuhan itu tak kunjung tiba. Tak ada lagi orang-orang yang datang menjenguknya. Bahkan wajah dan tubuhnya sekarang sudah berubah menjadi mengerikan.
Pada suatu malam, si Imam tersebut akhirnya bermimpi lagi. Ia bermimpi mendengar suara Tuhan berkata,”Karim, aku tahu hatimu terusik dengan peristiwa ini, engkau tentu ingin tahu kenapa si pemabuk dan si petani itu kubiarkan sembuh terlebih dulu.”
Tuhan melanjutkan,
“Aku menjawab doa Abdul si pemabuk dengan cepat karena imannya. Percaya kepada-Ku selama tiga hari adalah seluruh Imannya. Jika Aku menundanya, mungkin dia akan putus asa lalu bunuh diri. Untuk si petani, aku menunda kesembuhannya selama tiga bulan, karena dia memiliki kepercayaan yang lebih besar kepada-Ku. Tetapi setelah tiga bulan, maka keyakinannya akan hilang dan dia bisa bertindak nekat juga.. Apakah engkau bisa mengerti ?”
Tuhan kembali melanjutkan,
“Karena engkau adalah imam-Ku yang setia, aku tidak bisa mengabaikan doamu. Engkau adalah teman-Ku dan engkau sangat memahami hati-Ku. Buktinya, semakin lama Aku menunda kesembuhanmu, keyakinanmu padaku malah semakin dalam. Bahkan sekarang engkau sudah tidak peduli lagi apakah engkau akan sembuh atau mati, engkau hanya ingin berdoa pada-Ku. Engkau tetap beriman pada-Ku tanpa peduli apapun yang terjadi padamu. Aku telah menjadi segala-galanya bagimu.”
Besok paginya, Imam itu terbangun dan ia telah sembuh dari penyakit lepranya. Dan untuk pertama kalinya dia menyesali kesembuhannya.
(Disadur dari “Greater Than Our Hearts”, Nill Guilemetee, Manila, 1988)

Kisah seorang perampok dan penenun sutra

Shiciri Kojun adalah seorang perajin tenun sutra. kata orang, ia bukan hanya sebagai seorang pengrajin kain – tetapi lebih dari pada itu, ia adalah seniman kain. Motif-motif kain sutra rajutannya sangat indah, sehingga tidak heran jika ia menjadi sangat terkenal karena karya-karyanya.
Pada suatu senja, saat Shiciri Kojun sedang merajut sutra, datanglah seorang perampok memasuki rumahnya. Perampok itu membawa sebilah pedang, yang langsung ditempelkannya ke leher Shiciri Kojun..  “Serahkan semua uangmu !” kata perampok itu.
Dengan tenang Shiciri berkata, “Semua uangku ada di laci itu, tapi jangan ganggu saya, karena saya sedang berkonsentrasi mengerjakan tenunan sutra ini..” Pencuri itu pun segera melepaskan pedang yang ditempelkannya di leher Shiciri, lalu berjalan dan bergegas membuka sebuah laci lemari yang ditunjukkan Shiciri.
Ketika perampok itu sedang memasukkan uang-uang itu di tasnya, tiba-tiba Shiciri berkata, “Jangan ambil semuanya, saya masih butuh seperempat dari uang itu untuk membayar pajak besok pagi.”
Entah mengapa, perampok itu menuruti kata-kata Shiciri. Ia pun hanya mengambil tiga per empat uang di laci itu. Setelah memastikan uang-uang tersebut telah tertata di tasnya,  perampok itu segera berjalan menuju pintu keluar.
Saat perampok itu hampir sampai di pintu, tiba-tiba Shiciri berkata dengan lembut, “Berterima kasihlah setelah engkau menerima hadiah”. Dengan setengah bingung, perampok itu lalu mengucapkan “Terima kasih” lalu pergi meninggalkan rumah Shiciri.
Beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa perampok itu telah tertangkap. Setelah melalui berbagai proses, perampok itu mengakui segala perbuatannya, termasuk menyebutkan siapa-siapa saja yang pernah dirampok olehnya.
Sidang pengadilan pun digelar. Seluruh korban perampokan dipanggil oleh hakim satu per satu untuk menceritakan proses perampokannya. Kebanyakan dari mereka menghujat dan mencaci maki perampok itu dengan penuh dendam.
Beberapa saat kemudian, Shiciri pun juga dipanggil oleh sang hakim untuk memberi kesaksian tentang proses perampokan yang menimpanya beberapa hari lalu.
Dan Shiciri pun berkata, “Laki-laki ini bukan perampok, saya memang pernah memberinya banyak uang – sesuai dengan permintaannya, tapi saya tidak pernah merasa dipaksa oleh dia”
Shiciri lalu melanjutkan kata-katanya, ” Bahkan setahu saya, ia adalah orang yang cukup sopan, ia tidak lupa mengucapkan ‘terima kasih’ saat keluar dari rumah saya.”
beberapa tahun kemudian, saat perampok itu telah dibebaskan dari hukumannya. mantan perampok itu segera pergi menemui Shiciri, dan meminta Shiciri untuk menjadi gurunya. Tetapi, seumur hidup – Shiciri tidak pernah menganggap dirinya sendiri sebagai guru, karena ia memang belum pernah menjadi guru.
Karena bingung tentang apa yang harus diajarkan kepada mantan perampok itu, akhirnya Shiciri hanya mengajarinya tentang teknik-teknik membuat tenunan sutra. Dan perampok itu pun menuruti ajaran Shiciri – dan menjadi murid yang setia -  hingga akhir hayat Shiciri.
(Unknown Author, dari buku “The Chinnese Story”, 2002)

Pertanyaan penting

Namaku Riri, aku saat ini sedang kuliah semester akhir di sebuah universitas negeri. Aku kuliah disebuah jurusan yang cukup favorit, yaitu jurusan Kedokteran. Sebuah jurusan – yang aku yakini – dapat membuat hidupku lebih baik di masa mendatang.
Bukan kehidupan yang hanya untukku, tetapi juga buat keluargaku yang telah susah payah mengumpulkan uang – agar aku dapat meneruskan dan meluluskan kuliahku. Kakakku juga rela untuk tidak menikah tahun ini, karena ia harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membiayai tugas akhir dan biaya-biaya laboratoriumku yang cukup tinggi.
Hari ini adalah hari ujian semesteranku. Mata kuliah ini diampu oleh dosen yang cukup unik, dia ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan. “Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.” katanya beberapa waktu lalu.
Satu per satu pertanyaan pun dia lontarkan, kami para mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu mungkin dalam kertas ujian kami. Ketakutanku terjawab hari ini, 9 pertanyaan yang dilontarkannya lumayan mudah untuk dijawab. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar aku tulis di lembar jawabku.
Tinggal pertanyaan ke-10.
“Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.
“Coba tuliskan nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di gedung Jurusan ini !” katanya.
Seluruh ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini.
“Ini serius !” lanjut Pak Dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang !”
Aku tahu ibu tua itu, dia mungkin juga satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran ini. Aku tahu dia, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung, dan ia selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswa di sini. Ia selalu menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong.
Tapi satu hal yang membuatku konyol.. aku tidak tahu namanya ! dan dengan terpaksa aku memberi jawaban ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini.
Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu. Sambil menyodorkan kertas jawaban, aku memberanikan bertanya kepadanya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini.
“Justru ini adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini” katanya. Beberapa mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu berbicara.
“Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau D !”
Semua berdecak, aku bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?”
Kata dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Ia lalu pergi membawa tumpukan kertas-kertas jawaban ujian

Anak yg berbaju lusuh


Aku berjalan tergesa-gesa menuju kantorku. Yup, aku memang bangun agak kesiangan pagi ini. Sehingga aku harus mengejar waktu agar tidak terlambat sampai di kantor. Seperti biasa sesudah berjalan sekitar 100 meter dari kosku, aku sampai di sebuah halte. Disitulah tempatku biasa menunggu bus.
Hampir setiap pagi aku ketemu dengan orang-orang yang sama di halte itu. Mereka juga para pekerja kantor, sama dengan aku. Aku hapal dengan wajah-wajah mereka, sekalipun aku sama sekali tidak tahu nama-nama mereka.
Tetapi ada yang berbeda hari ini, aku melihat seorang anak kecil. Perempuan yang mungkin berusia 10 tahunan itu sedang duduk melamun di halte. Pakaian lusuhnya berwarna ungu, dan wajahnya tampak sedih sekali. Belum sempat terlalu lama mengamati anak itu – tiba-tiba busku datang dan aku berangkat bekerja.
Besok paginya, di halte itu aku melihat anak kecil itu lagi. Dengan baju yang sama lusuhnya dengan kemarin, dan dengan raut muka yang sama sedihnya juga. Ada yang unik dengan anak itu, entah kenapa dia selalu mengamati orang-orang yang menunggu di halte itu.
—-
Pagi ini adalah pagi yang ketiga kulihat anak itu. Semua pada dirinya tetap sama. Pakaian ungu lusuh dan wajah sedih. “Mungkin ia adalah gelandangan yang tinggal di halte ini”. Pikirku. Dari caranya berpakaian yang asal-asalan saya bisa memastikan anak itu adalah seorang anak jalanan. Mungkin dia adalah salah satu pengamen yang sering menyanyikan lagu-lagu tak jelas di perempatan dekat halte bus ini.
—-
Sepuluh hari sudah kulihat anak itu tetap duduk di tempatnya setiap pagi. Hari ini aku punya jadwal piket di kantor, sehingga aku harus datang lebih pagi dari biasanya. Tidak ada orang lain di halte kecuali aku dan anak berbaju ungu itu.
“Kenapa engkau selalu bersedih ?” tanyaku, “Apa kamu lapar ?”
“Nggak mas” jawabnya singkat, “Aku hanya menjalankan tugas”
“Tugas apa ?” tanyaku agak aneh.
Raut wajah anak itu tiba-tiba berubah, dia tertawa riang sambil berkata :
“Tugas untuk menunggu seseorang mau menyapaku”
Sesudah berkata demikian, baju gadis itu mendadak berubah menjadi putih bersih – dan di punggunggnya muncul sepasang sayap putih. Sambil tersenyum, anak itu perlahan-lahan menghilang dari pandanganku, dan berubah menjadi bola putih bersinar yang langsung melesat menuju langit.
Dan aku masih terbengong-bengong berdiri di sini.
(semoga cerita ini dapat mengingatkan kita untuk lebih ‘peduli’  dan mau menyapa)

Guci Cantik

guciPada suatu hari sepasang suami istri yang baru menikah, berbulan madu di Cina. Saat berjalan-jalan di sebuah galeri seni, mereka menemukan sebuah guci yang indah sekali. Mereka melihat harga yang tercantum di label guci itu, tertulis angka 40.000 USD !
“Sangat mahal” kata si istri.
“Ya, tentu !” tiba-tiba pelayan galeri itu berkata, “Guci ini dibuat sekitar 400 tahun lalu, sangat klasik, tetapi tetap indah dan utuh, karena ia dibuat oleh seorang maestro seni yang luar biasa, pembuatnya adalah seniman sejati, guci yang dibuatnya selalu berkualitas tinggi dan bernilai seni tinggi, sekalipun sudah berusia ratusan tahun.
“Tak disangka, guci itu tiba-tiba berkata.
“Tak tahukah kalian bahwa aku sebenarnya hanya seonggok tanah liat bau yang tak berguna?”
Orang-orang itu hanya melongo,
“Saat itu tuanku menemukan aku, memukul-mukulkan aku pada sebuah papan, hingga pasir dan kerikil dalam tubuhku keluar semua.. sakit sekali rasanya”
Sang guci melanjutkan ceritanya.
“Tidak hanya itu, selanjutnya ia menaruhku di atas batu yang berputar; dan dengan segera dia memutar-mutar dan mulai mengikis dan membentuk tubuhku. Aku tidak tahan.. pusing.. tolong hentikan.. sakit.. itu yang kuteriakkan, tetapi tuanku hanya berkata: belum saatnya”
“Sesudah itu dia meletakkan aku di sebuah ruangan di atas panggangan api, tahukah kalian, betapa panasnya itu? perlahan-lahan tubuhku yang lembek dan hitam berubah menjadi kaku dan memerah..  panas.. tolong hentikan.. itu yang kuteriakkan, tetapi tuanku tersenyum dan hanya berkata: belum saatnya”
“Sesudah itu, tuanku mengeluarkan dari ruangan itu, dan ia mulai menggoreskan cat-cat pada tubuhku.. saat tubuhku masih panas dan memerah.. pedih sekali rasanya.. seluruh kulitku terasa seperti disiram api.. aku hanya bisa menangis dan berkata.. tolong hentikan.. aku tidak kuat.. tetapi tuanku berkata: belum saatnya”
“Sesudah tubuhku berlumuran cat, tuanku memasukkanku lagi ke ruangan tadi dan mulai memanggangku lagi.. kali ini panas yang kurasakan luar biasa, mungkin beberapa kali lipat dari panas yang tadi… tolooong.. sakiiitt…. itu yang bisa kuucapkan, tetapi tuanku hanya berkata: belum saatnya, tinggal sebentar lagi”
“Setelah beberapa jam di panggangan itu, aku mulai melihat kulitku perlahan-lahan mulai memutih dan sangat keras.. lebih keras dari sebelumnya.. sakit dari sekujur tubuhku  aku rasakan. Perlahan-lahan tuanku mengeluarkan aku dari ruangan itu.. membersihkan tubuhku dengan lap sutra dan memberiku tempat di atas sebuah meja yang indah..”
“Beberapa hari kemudian, sakitku mulai hilang, dan ajaib, aku merasa sangat kuat. Perlahan-lahan aku mulai sadar, bahwa aku telah berubah menjadi guci yang sangat cantik, seorang raja bersedia membeliku dengan harga yang sangat tinggi”
“Semenjak itu, aku tidak pernah bertemu dengan tuanku lagi, tetapi yang aku tahu, semenjak raja itu membeliku, aku selalu berada di tempat yang indah dan tinggi, agar semua orang bisa melihatku, semua orang bangga dapat memiliki dan melihat aku, aku pun yakin kalian semua pasti ingin berfoto didekatku. Dulu, pernah ada dua kerajaan bertempur cuma gara-gara memperebutkan aku…”
“Oohh betapa bahagianya aku, seandainya bisa bertemu dengan tuanku sekali lagi.. aku ingin mengucapkan terima kasih.. akan karyanya yang sangat  indah di hidupku”
(Dari “A Cup of Tea at Afternoon”

Raja dan biji tanaman

Pada suatu hari di jaman dulu, hidup seorang raja yang sudah tua. Umurnya kira-kira 75 tahun. Raja itu memang memiliki banyak isteri, namun tidak ada satupun dari istri-istrinya  mampu memberinya keturunan untuk meneruskan dinasti kerajaan.
Padahal saat itu raja sudah lelah, ia ingin segera beristirahat dari tahtanya. Akhirnya sang raja memutuskan untuk memilih salah satu dari anak muda di kerajaan untuk meneruskan tahtanya.
Raja segera mengeluarkan pengumuman kepada seluruh pemuda di kerajaannya untuk berkumpul di halaman istana untuk dipilih menjadi raja. Sekonyong-konyong ratusan anak muda langsung berkumpul di halaman istana tersebut. Tak terkecuali Ali, pemuda itu juga turut berdiri berdesak-desakan diantara pemuda lain untuk mengikuti kompetisi itu.
“Aku akan memilih salah satu dari kalian untuk menjadi penggantiku !”. Raja berseru.
“Tetapi sebelumnya, aku akan menilai kalian semua, aku akan membagi kepada kalian satu buah biji per orang.”
“Aku ingin kalian menanam dan merawat biji itu selama satu tahun, dan bawalah kembali padaku, aku ingin tahu apa yang dapat kalian tumbuhkan dari biji itu.” Raja melanjutkan.
“Hanya mereka yang mampu menumbuhkan tanaman terbaiklah yang akan aku pilih sebagai raja.”
Setelah berkata demikian, para punggawa kerajaan segera membagi-bagikan biji itu kesemua pemuda yang hadir. Ali juga mendapat satu buah biji, dan segera pulang untuk menanam biji itu.
Ali berkata dengan bangga pada ibunya bahwa ia telah turut serta dalam kompetisi itu, dan ibunya pun juga terlihat sangat menyetujui keputusan anaknya itu. Ali lalu mengambil sebuah pot yang tidak terpakai di belakang rumah, memberinya tanah tersubur, lalu membenamkan biji itu ke dalamnya.
Tiap hari, Ali dan ibunya menyirami pot itu. beberapa minggu kemudian Ali pergi ke rumah teman-temannya untuk melihat biji yang ditanam oleh mereka. Ali melihat biji milik teman-temannya mulai tumbuh, bahkan ada yang sudah mengeluarkan beberapa lembar daun. Berbeda dengan biji milik Ali, biji itu belum tumbuh sama sekali, walaupun sudah ditanam selama 2 minggu.
Dua bulan telah berlalu, dan keadaan di pot milik Ali tidak berubah. Biji itu belum tumbuh sama sekali. Tetapi Ali tidak menyerah, ia tetap merawat pot itu dengan menyiraminya tiap hari. Teman-teman Ali pun mulai mengetahui hal tersebut, dan mereka mulai mentertawakan Ali.
Akhirnya satu tahun pun berlalu. Seluruh pemuda yang mengikuti kompetisi itu pun datang beramai-ramai ke halaman istana. Mereka masing-masing membawa tanaman di dalam pot. Sangat indah dan subur tanaman-tanaman mereka, bahkan beberapa diantaranya telah berbunga.
Tetapi berbeda dengan milik Ali, potnya tidak berubah. Tidak ada apapun yang tumbuh di pot itu. Ali pun mulai putus asa, dan mengambil keputusan untuk tidak kembali menghadap raja.
“Jangan begitu nak.” Kata ibunya, “Kamu sudah berniat mengikuti kompetisi itu, sudah selayaknya kamu juga menyelesaikannya, tidak masalah jika pot itu masih kosong, toh raja juga tidak akan menghukum kamu kok.”
Dengan berbagai bujuk rayu dari ibunya, akhirnya Ali bersedia membawa pot yang cuma berisi tanah itu menghadap raja.
Di sepanjang jalan, para pemuda mentertawainya. Tetapi Ali mencoba cuek ‘n jalan terus.
Akhirnya, ratusan pemuda itu semua telah berkumpul di halaman istana. Raja segera turun dari singgasananya dan mencoba memeriksa pot-pot yang dibawa pemuda itu satu per satu. Raja itu berjalan hilir mudik di antara pot-pot yang dipegang oleh para pemuda itu beberapa kali, seolah-olah sedang mencari sesuatu.
Akhirnya raja berdiri tepat di hadapan Ali. Ali gemetaran, karena dia memang belum pernah berhadapan dengan raja sebelumnya.
“Siapa namamu? dan ada apa dengan potmu, kenapa tidak ada tanamannya sama sekali?” Tanya sang raja.
“Maaf baginda.” Ali menjawab, “Nama saya Ali. Hamba sudah berusaha, tetapi kenyataannya memang begini, bibit ini tidak mau tumbuh sama sekali, padahal saya sudah menyiraminya tiap hari.” Para pemuda di sekitarnya saling tertawa cekikikan mendengar jawaban Ali.
“Kalo begitu, kamu maju ke depan dengan saya!” Perintah sang raja. Sambil ketakutan karena khawatir dihukum, Ali maju ke depan beriringan dengan sang raja. Para pemuda sekitarnya masih tertawa cekikikan melihat wajah Ali yang pucat bagai mayat.
“Aku umumkan kepada kalian semua..” Raja berseru di depan ratusan pemuda itu. “Aku umumkan bahwa mulai besok pagi, seorang pemuda – yang bernama Ali – yang saat ini berdiri disampingku – akan menggantikan kedudukanku menjadi Raja!”
Semua pemuda itu heran, terutama Ali sendiri, ia kaget setengah mati mendengar keputusan sang raja.
“Kalian tahu kenapa?” Raja melanjutkan, “Satu tahun yang lalu aku sebenarnya hanya memberi sebuah biji mandul kepada masing-masing kalian. Semua biji itu sudah dipotong bakal tunasnya oleh seorang pengawalku, sehingga tidak mungkin dapat tumbuh menjadi sebatang pohon. Sehingga saya menarik kesimpulan, bahwa apa yang kalian bawa ke hadapanku itu bukanlah tanaman yang tumbuh dari biji yang aku berikan. Kalian semua telah menukarnya dengan biji lain agar bisa  tumbuh.”
“Kecuali dengan anak muda ini.” Raja berkata dengan tersenyum bangga. “Ali telah berani jujur padaku, ia berani mengatakan apa yang sebenarnya telah terjadi, sekalipun ia tahu betul bahwa itu akan sangat memalukan.”
“Orang jujur seperti inilah yang aku butuhkan untuk melanjutkan cita-citaku untuk membangun kerajaan ini …”