Rabu, 29 Desember 2010

Pikiran yg menggendong Wanita

Dua orang bhiksu berjalan menuju ke suatu kuil. Seorang bhiksu muda dan gurunya seorang bhiksu tua. Mereka berdua berjalan hingga akhirnya tiba di tepi sebuah sungai. Ketika mereka berdua akan menyeberang, datanglah seorang wanita muda yang sangat cantik jelita. Wanita cantik ini juga mempunyai tubuh yang amat ideal, benar-benar wanita yang menarik.

“Selamat siang para bhiksu,”kata wanita ini. “Apakah para bhiksu akan menyeberang juga ke sebelah sana?” tanya si wanita kepada kedua bhiksu ini.
“oiya, iya kita berdua akan menyeberang sungai ini. Sungai ini tidak terlalu dalam, namun juga tidak terlalu dalam. Airnya lebih kurang tingginya setengah paha,”ucap bhiksu tua. “Apakah nona akan menyeberang ke sana juga?”
“Ya. Saya akan menyeberang ke sana. Apakah bhiksu bisa membantu menyeberangkan saya?” tanya wanita muda itu.
Kedua bhiksu ini mencari-cari sebuah perahu yang mungkin dapat digunakan untuk menyeberangkan wanita ini. Namun, setelah dicari-cari, tidak diketemukan sebuah perahu pun.
“Saya bisa membantu menyeberangkan anda,” Ucap bhiksu tua. “Anda naiklah ke punggung saya, biar saya menggendong anda untuk menyeberang sungai ini.”
“Terimakasih, bhiksu,”ucap si wanita muda. Ia pun naik ke punggung sang bhiksu tua.
Mereka pun berjalan menyeberang sungai. Akhirnya dengan susah payah, mereka berhasil juga menyeberang sungai yang berair deras itu dan sampai ke seberang.
“Terimakasih bhiksu karena telah membantu banyak menyeberangkan saya, sehingga saya dapat menemui orang tua saya,”si wanita muda berterimakasih.
Lantas wanita ini pun berjalan terpisah dengan kedua bhiksu.
Bhiksu muda yang melihat gurunya sang bhiksu tua yang tadi menggendong wanita muda cantik merasa bingung, kecewa,karena berdasarkan peraturan bhiksu, seorang bhiksu tidak boleh bersentuhan dengan seorang wanita, itu seperti yang diajarkan gurunya sendiri. Eh, malah, gurunya sendiri yang melanggar perkataannya. Gurunya bukan hanya menyentuh, malah menggendong wanita di punggungnya.
“Kenapa kamu melamun? sepertinya ada yang membuatmu gundah..ada apa?”tanya bhiksu tua pada bhiksu muda tadi.
“Ehmmm…saya bingung guru, kenapa guru tadi menggendong wanita, padahal guru sendiri mengajarkan bahwa seorang bhiksu tidak boleh menyentuh wanita. Guru bukan hanya menyentuh, malah menggendong seorang wanita. Wanita yang masih sangat muda, cantik, bertubuh molek pula,benar-benar mewakilkan seorang wanita yang menggoda,”ucap bhiksu muda tadi.
“Kata siapa saya menggendong seorang wanita? Saya barusan menggendong seorang manusia yang membutuhkan pertolongan, agar dia dapat menjenguk kedua orang tuanya. Seorang manusia yang lagi membutuhkan pertolongan, ya wajib kita tolong,” ucap bhiksu tua.

“Kamu yang masih menggendong seorang wanita sampai sekarang. Kamu masih menggendong wanita itu dalam pikiranmu sampai sekarang,”ucap bhiksu tua.

Kisah Seorang Balerina

Di sebuah negara di Eropa Timur, di sebuah kota, seorang Balerina, sedang berlatih keras mempersiapkan diri untuk audisi balerina idol di negaranya. Balerina muda yang bernama Eva ini berlatih dengan penuh semangat. Hingga ketika tiba hari audisi…..

Eva menanti-nanti cemas giliran dia untuk tampil audisi. Beberapa penari lain sudah mulai tampil memperagakan kemahiran masing-masing di depan pelatih balet kenamaan yang bernama Vladimir. Eva sudah lama menantikan hal ini, tampil di depan pelatih balet kenamaan internasional, dia sudah mengidamkan untuk menjadi murid balet dari pelatih terkenal ini, Vladimir….
“Dan peserta berikutnya…kita panggilkan Eva….” terdengar suara panitia memanggil nama Eva untuk tampil ke atas panggung audisi memperagakan tarian baletnya..
Dan Eva pun bergerak maju ke depan. Setelah membungkuk hormat pada si pelatih kenamaan, Eva mulai memperagakan tarian baletnya… Satu jurus, dua jurus, tiga jurus….
Tiba-tiba si pelatih kenamaan bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan meja nya dan berjalan masuk ke ruang belakang.. Eva si penari balet, meliat si pelatih kenamaan tadi masuk ke ruang belakang, menjadi kecewa. Dia merasa kecewa, baru memperagakan sedikit tarian baletnya, si pelatih sudah meninggalkan ruangan.
Air mata menitik di pipi Eva, dia merasa si pelatih kecewa dengan tarian dia sehingga meninggalkan ruang audisi. Eva dengan air mata bergegas meninggalkan ruang audisi, dia merasakan harapan dan impian-impian dia kabur untuk menjadi penari balet terkenal pupus sudah…
Selang beberapa tahun kemudian….
Ketika Eva sedang berjalan-jalan di kotanya dengan kedua putrinya, ada suara yang menyapanya…
“Anda Eva bukan?” kata suara tadi
Eva mencari sumber suara, ketika dia menemukan sumber suara, dia terkejut sekali. Ternyata Vladimir si pelatih balet kenamaan, juri audisi balet yang pernah dia ikuti.
“Iya, saya Eva,”jawab Eva singkat. Eva teringat kekecewaan yang dia alami dulu beberapa tahun yang silam, ketika si Vladimir pelatih kenamaan ini meninggalkan dia pada saat dia baru saja tampil di audisi. Pada saat itu Eva mau menampilkan seluruh keahlian dia di bidang balerina, namun baru tiga jurus, si pelatih dan sekaligus juri audisi meninggalkannya..
“Kenapa sdri Eva tidak melanjutkan karir balerina?” tanya Vladimir. “Saya dulu mencari-cari sdri Eva beberapa kali, saya melihat potensi yang besar sekali ada pada diri sdri. Saya ingin sekali mendapatkan seseorang yang bisa saya jadikan juara balerina terkenal dari sdri Eva. Waktu itu saya hanya meliat sedikit saja tarian sdri, saya sudah tau bahwa sdri betul-betul punya bakat yang luar biasa, saya mau memberikan kartu nama saya pada sdri Eva agar bisa menghubungi saya sesudah audisi untuk pelatihan selanjutnya, namun kartu nama saya di saku saya waktu itu habis, sehingga saya terpaksa bergegas ke belakang, ke ruangan saya untuk mengambil kartu nama lagi untuk sdri, namun ketika saya kembali ke ruangan audisi, saya tidak menjumpai sdri Eva lagi.”jelas Vladimir, si pelatih tari ini…
Mendengar penjelasan ini, Eva merasakan penyesalan yang dalam. Dia dulu ternyata salah anggapan..
Nah..apa hikmah dari cerita berikut?
Cerita hikmah berikut menggambarkan bahwa kita tidak boleh terlalu cepat menyerah, tidak boleh juga berpikiran negatif.. Si Eva berpikir negatif merasa si pelatih meninggalkan dia pada saat audisi padahal si pelatih bermaksud sebaliknya..

Pertapa dan kepiting

Suatu ketika di sore hari yang sejuk, nampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.
Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai, sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana nampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.

Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur,dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.
Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.
Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret aruslagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.
Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting, engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?”
“Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa mahluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,” jawab si pertapa muda.dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.
Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungutsebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.”
“Lihat, Anak muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik,tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik,yakni untuk menolong mahluk lain, tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, bukan?”
Seketika itu, si pemuda tersadar. “Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang paman ajarkan.”
Mempunyai sifat belas kasih, mau memperhatikan dan menolong orang lain
  adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita,
  orang tua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara
  kita salah, seringkali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya
  memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak
  tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung
  beban dan kerugian yang tidak perlu.
Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan
  dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya
  tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus
  membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang
  membantu.
Semoga cerita ini bisa membawa hikmah, manfaat, motivasi ataupun menginspirasi bagi semua pembaca.

Catatan seorang pramugari

 Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.
Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.
Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.
Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.
Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.
Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.
Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.
Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.
Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.
Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.
Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian.
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.
Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.

Diambil dari email yang dikirim oleh seorang teman saya.
Semoga catatan seorang pramugari ini bisa memberikan hikmah bagi semua.

Buku cerita Jessica

 Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah, karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham.  Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itu
bergambar seorang peri kecil yang imut, sangat menarik perhatian Jessica, “Pa liat”! Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kacamatanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi “Wah,. buku baru ya Jes?”,

“Ya papa” Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya. “Bacain Jessi dong Pa” pinta Jessica lembut, “Wah papa sedang sibuk sekali,
jangan sekarang deh” sanggah Budi dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.Jessica bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu “pa, mama bilang papa mau baca untuk Jessi” Budi mulai agak kesal, “Jes papa sibuk, sekarang Jessi suruh mama baca ya” “Pa, mama cibuk terus, papa liat gambarnya lucu-lucu”, “Lain kali Jessica, sana! papa lagi banyak kerjaan” Budi berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi. “Pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka”, “Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI!!” kata Budi membentaknya dengan keras, Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil
terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya
“Iya pa,. lain kali ya pa?” Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah.“Pa kalau papa ada waktu, papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger”. Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, buku cerita Peri Imut, belum pernah dibacakan bagi dirinya. Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras “Buukk!!” beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumah Budi. Tubuh Jessica mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya, selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih“Jessi takut Pa, Jessi takut Ma, Jessi sayang papa mama” darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat. Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi
waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana,.. pun tidak terpenuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita,
kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali,
“,…papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa denger” kata-kata Jessi terngiang-ngiang kembali. Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi, Budi mulai membuka buku cerita peri imut yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil. Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan sura keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan
keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata. “Jessi dengar papa baca ya” selang beberapa kata,.. hatinya memohon lagi “Jessi papa mohon ampun nak” “papa sayang Jessi” Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu Budi bersujut dan menangis,..
memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai. Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita, Ia selalu memberi PERHATIAN kepada kita karena ia peduli kepada kita. ADAKAH “PERHATIAN TERBAIK” ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA ? BERILAH “PERHATIAN TERBAIK” WALAUPUN ITU HANYA SEKALI Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat berharga ? DO IT NOW! Berilah “PERHATIAN TERBAIK” bagi mereka yang kita cintai. LAKUKAN SEKARANG !! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA.

Belajar dari Jerapah Yang Melahirkan


Kita mengenal binatang jerapah, seekor induk Jerapah melahirkan anaknya sambil berdiri dan pada saatnya bayi Jerapah akan jatuh ke tanah yang keras dari kandungan induknya.
Hal pertama yang dilakukan oleh induknya adalah berdiri di belakang anaknya dan memberikan tendangan yang cukup keras ke tubuh bayi Jerapah.
Bayi Jerapah terbangun mencoba berdiri namun masih mudah terjatuh karena kakinya yang masih lemah dan mudah goyah. Sang induk kembali bergerak ke belakang bayi Jerapah dan memberi tendangan lagi kepadanya.
Demikian berlangsung beberapa kali hingga si bayi berdiri kokoh dan mulai berjalan menuju puting susu sang induk. Mengapa? Karena induk Jerapah tahu bahwa satu-satunya peluang bagi bayinya untuk bisa bertahan hidup di hutan adalah dengan berdiri kokoh diatas kakinya sendiri. Jika tidak, akan sedemikian mudahnya dia diterkam binatang buas dan menjadi mangsa mereka.
Apakah tindakan induk jerapah adalah tindakan kasih? Sudah pasti.
Disiplin pasti bukan berarti bahwa seseorang menghajar anak-anaknya dengan ikat pinggang, itu adalah sakit jiwa.
Disiplin adalah ketegasan yang penuh kasih. Disiplin adalah bimbingan. Disiplin bersifat mencegah timbulnya permasalahan. Disiplin menghasilkan dan menyalurkan energi untuk meraih prestasi besar. Disiplin bukan tujuan yang ingin kita capai, tapi kita melakukannya untuk sebuah kepedulian.Disiplin adalah tindakan kasih. Kadangkala anda harus bersikap keras untuk kebaikan. Tidak semua operasi medis menyakitkan, tidak semua obat berasa manis, tapi kita harus menelannya.
Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh cinta kasih dan disiplin, pada saatnya akan menaruh rasa hormat kepada orang tua mereka.

Memancing

  Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenang-senang. Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat menikmati permainannya.
Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.
Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan. “Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti,” kata si paman ramah.
“Tidak, terima kasih Paman,” jawab si anak.
“Lo, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?”
“Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?” tanya si anak penuh harap.
“Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?”
Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup… kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.
Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.
Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya, “Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?”
Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. “Benar anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai.”

Sama seperti dalam kehidupan ini, sebenarnya untuk meraih kesuksesan kita tidak membutuhkan teori-teori yang rumit, semua sederhana saja, Sepanjang kita tahu apa yang kita mau, dan kemudian mampu memaksimalkan potensi yang kita miliki sebagai modal, terutama dengan menggali kelebihan dan mengasah bakat kita, maka kita akan bisa mencapai apa yang kita impikan dan cita-citakan. Apalagi, jika semua hal tersebut kita kerjakan dengan senang hati dan penuh kesungguhan.
Dengan mampu mematangkan kelebihan-kelebihan kita secara konsisten, maka sebenarnya kita sedang memupuk diri kita untuk menjadi ahli di bidang yang kita kuasai. Sehingga, dengan profesionalisme yang kita miliki, apa yang kita perjuangkan pasti akan membuahkan hasil yang paling memuaskan.
disadur dari andrie wongso….
semoga cerita bijak berikut bermanfaat bagi semua, paling tidak bagi saya agar blog saya makin rame…hehehe..

berhenti mencari jawaban di luar

Ada sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang sedang berjalan-jalan pada suatu malam
dan melihat seorang laki-laki lain sedang berlutut mencari sesuatu di bawah lampu
jalanan. Pejalan kaki itu bertanya apa yang sedang ia cari. Ia menjawab bahwa ia sedang
mencari kuncinya yang hilang. Pejalan kaki itu menawarkan bantuan lalu berlutut dan
membantunya mencari kunci itu. Setelah satu jam mencari tanpa hasil, ia berkata,”Kita
sudah mencarinya kemana-mana dan belum menemukannya. Anda yakin kunci itu hilang di sini?”
Laki-laki yang satunya menjawab,”Tidak, saya kehilangan kunci itu di rumah, tapi di bawah
lampu jalan ini lebih terang.”
Ya, sudah saatnya berhenti mencari jawaban di luar diri anda sendiri. Jawaban mengapa anda belum mendapatkan hasil yang diinginkan, karena Andalah yang menciptakan kehidupan
yang anda jalani dan hasil yang Anda buat.
Anda, bukan orang lain.
Banyak orang mencari kebahagiaan dan kesuksesan dengan jalan mengikuti banyak
seminar-seminar, padahal kebahagiaan dan kesuksesan itu bersumber dari dalam diri. Bukan
berarti ikut seminar itu jelek, ikut seminar itu perlu, bahkan mungkin bagus sekali,
Namun coba galilah dalam diri, dan temukan di dalam sana. Untuk mencapai hal-hal besar dalam hidup anda, Anda harus mengambil 100% tanggung jawab dalam hidup anda.

“Jika anda tidak menyukai hasil anda, ubahlah reaksi anda”

Tuhan selalu menjaga kita.

Ada sebuah suku pada bangsa Indian yang memiliki cara yang unik untuk mendewasakan anak laki-laki dari suku mereka.
Jika seorang anak laki-laki tersebut dianggap sudah cukup umur untuk di dewasakan, maka anak laki-laki tersebut akan di bawa pergi oleh seorang pria dewasa yang bukan sanak saudaranya, dengan mata tertutup.
Anak laki-laki tersebut di bawa jauh menuju hutan yang paling dalam. Ketika hari sudah menjadi sangat gelap, tutup mata anak tersebut akan dibuka, dan orang yang menghantarnya akan meninggalkannya sendirian. Ia akan dinyatakan lulus dan diterima sebagai pria dewasa dalam suku tersebut jika ia tidak berteriak atau menangis hingga malam berlalu.
Malam begitu pekat, bahkan sang anak itu tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri, begitu gelap dan ia begitu ketakutan. Hutan tersebut mengeluarkan suara-suara yang begitu menyeramkan, auman serigala, bunyi dahan bergemerisik, dan ia semakin ketakutan, tetapi ia harus diam, ia tidak boleh berteriak atau menangis, ia harus berusaha agar ia lulus dalam ujian tersebut.
Satu detik bagaikan berjam-jam, satu jam bagaikan bertahun-tahun, ia tidak dapat melelapkan matanya sedetikpun, keringat ketakutan mengucur deras dari tubuhnya.
Cahaya pagi mulai tampak sedikit, ia begitu gembira, ia melihat sekelilingnya, dan kemudian ia menjadi begitu kaget, ketika ia mengetahui bahwa ayahnya berdiri tidak jauh dibelakang dirinya, dengan posisi siap menembakan anak panah, dengan golok terselip dipinggang, menjagai anaknya sepanjang malam, jikalau ada ular atau binatang buas lainnya, maka ia dengan segera akan melepaskan anak panahnya, sebelum binatang buas itu mendekati anaknya. Sambil berdoa agar anaknya tidak berteriak atau menangis.
Dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya Tuhan “begitu kejam” melepaskan anak-anakNya kedalam dunia yang jahat ini.
Terkadang kita tidak dapat melihat penyertaanNya, namun satu hal yang pasti.. !
DIA setia,
DIA mengasihi kita,
dan DIA selalu ada bagi kita…