Jumat, 17 Desember 2010

Anak dan pohon apel

Ada sebuah cerita yang menurut saya sarat akan pesan moral didalamnya, ntahlah menurut sobat. Pesan moral didalam cerita ini memang tidak dituangkan secara eksplisit melainkan secara implisit. Mungkin beberapa dari sobat sudah pernah membaca ataupun mendengar cerita tersebut, tapi gada salahnya jika pada kesempatan ini saya coba lagi untuk menuliskan buat kita sekalian. Oleh karena itu marilah kita simak sebuah cerita dibawah ini.



Dahulu kala ada sebuah pohon apel yang besar. Setiap hari, seorang anak laki kecil mendatangi pohon itu dan bermain di sekelilingnya. Ia memanjat puncaknya, makan buahnya dan tidur di naungannya. Ia mencintai pohon itu, dan pohon itu pun senang bermain-main dengannya.
Waktu berjalan, si anak tumbuh lebih besar. Ia tidak lagi bermain-main di bawah pohon itu setiap hari. Suatu hari si anak mendatangi pohon dengan wajah sedih.
“Mari kita bermain,” kata pohon apel.
“Aku sudah bukan anak-anak lagi, aku tidak bermain-main di bawah
pohon,”
kata si anak. “Aku ingin punya mainan. Aku butuh uang untuk
membelinya.”

“Maaf, aku tidak punya uang, tapi kau dapat memetik semua buahku lalu menjualnya.”

Anak itu menjadi sangat senang. Lalu ia memetik semua apel yang bergantungan di pohon, kemudian pergi dengan perasaan gembira.
Setelah itu, si anak tidak kembali lagi. Pohon apel merasa sedih. Suatu
hari, si anak kembali dan pohon apel merasa sangat gembira.
“Mari kita bermain-main, “ ajak pohon apel.
“Aku tidak punya waktu. Aku harus bekerja untuk menghidupi keluargaku.Kami butuh rumah untuk berteduh. Dapatkah kau membantuku?” kata si anak.
“Maaf, aku tidak punya rumah, tapi kau dapat memotong dahan-dahanku untuk membangun rumahmu.”
Si anak lalu memotong semua cabang pohon dan pergi dengan perasaan gembira. Sang pohon juga merasa bahagia bisa membantu. Namun, setelah itu si anak tidak pernah datang lagi. Sang pohon merasa kesepian dan sedih.
Di musim panas, si anak kembali datang, dan pohon pun merasa sangat senang.
“Kemarilah … mainlah denganku!” kata pohon.
“Aku lagi sedih. Aku semakin tua. Aku ingin sekali berlayar untuk menikmati hari tuaku. Dapatkah kau memberiku perahu?”
“Gunakanlah batangku untuk membuat perahu. Kau dapat berlayar jauh dan menikmati hari-hari bahagia!”
Lalu si anak memotong batang pohon untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan lama tidak kembali. Akhirnya, setelah sekian banyak tahun lewat, si anak kembali.
“Nak, maafkan aku, aku tidak punya apa-apa lagi untukmu sekarang. Tidak ada lagi apel untukmu.,” kata pohon apel.
“Aku sudah tidak punya gigi lagi untuk menggigit,” kata si anak.
“Aku tidak punya batang lagi untuk dipanjat.” kata pohon apel.
“Aku terlalu tua untuk memanjat.” kata si anak.
“Aku benar-benar tidak memiliki apa-apa kecuali akar-akarku yang sekarang sekarat,” kata pohon dengan sedih.
“Aku sekarang juga tidak butuh macam-macam, aku hanya butuh tempat istirahat. Aku merasa lelah setelah melewatkan tahun-tahun itu,” jawab si anak.
“Baiklah kalau demikian. Akar pohon tua adalah tempat yang baik untuk bersandar dan beristirahat. Kemarilah., duduklah bersamaku.
Istirahatlah! “

Si anak lalu duduk. Dan sang pohon tersenyum bahagia, meneteskan air mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar