Oleh : Tan Chau Ming
Cin Tai adalah seorang master Zen yang menyukai bunga anggrek. Beliau telah menanam dan mengumpulkan banyak jenis anggrek di vihara. Pada suatu hari beliau pergi bertugas dan berpesan kepada para siswanya untuk menjaga serta merawat bunga anggrek tersebut dengan baik.
Suatu waktu ketika salah seorang siswa beliau menyiram bunga, tanpa disengaja tersandung rak bunga dan membuat beberapa pot anggrek terjatuh dan pecah. Siswa tersebut sangat takut dan kebingungan.
Ketika Master Cin Tai kembali, dengan berlutut di hadapan sang master siswa itu menyatakan penyesalan dan memohon pengampunan seraya berkata:
"Guru, maafkan saya. Saya telah memecahkan pot bunga anggrek kesayangan Anda. Saya bersedia menerima segala macam hukuman. Saya mohon welas asih sang guru agar tidak marah!"
Setelah mendengar laporan siswa itu Master Cin Tai dengan tenang menjawab:
"Saya menanam bunga anggrek, tujuan yang pertama adalah untuk memberikan
persembahan kepada Sang Buddha. Tujuan yang kedua untuk memperindah
lingkungan. Saya menanam bunga anggrek ini bukan bertujuan untuk melampiaskan amarah"
Kita datang ke dunia ini, bukan untuk melampiaskan angkara murka dan juga
bukan untuk menikmati rasa kesal. Hubungan suami istri, mendidik anak, hubungan antar teman dan relasi, jika dilakukan dengan menghayati kata-kata yang diucapkan Master Cin Tai "SAYA MENANAM ANGGREK BUKAN BERTUJUAN UNTUK MELAMPIASKAN AMARAH " maka kesalahpahaman dan ketegangan akan berkurang banyak.
Orang yang batinnya penuh dengan welas asih, melihat dan merasakan segala sesuatu dengan perasaan tenang dan gembira. Orang yang batinnya dapat merasakan keheningan di dalam jalan kebenaran akan merasakan keindahan hidup ini. Orang yang dapat mengerti dan menghayati Kebuddhaan di dalam batinnya akan selamanya berbahagia.
Kita datang ke dunia ini bukan untuk melampiaskan amarah. Kata-kata tersebut memusnahkan kabut kelam dalam sanubari, dan memberikan inspirasi, kegembiraan, ketenangan serta kedamaian bagi batin kita.
Cin Tai adalah seorang master Zen yang menyukai bunga anggrek. Beliau telah menanam dan mengumpulkan banyak jenis anggrek di vihara. Pada suatu hari beliau pergi bertugas dan berpesan kepada para siswanya untuk menjaga serta merawat bunga anggrek tersebut dengan baik.
Suatu waktu ketika salah seorang siswa beliau menyiram bunga, tanpa disengaja tersandung rak bunga dan membuat beberapa pot anggrek terjatuh dan pecah. Siswa tersebut sangat takut dan kebingungan.
Ketika Master Cin Tai kembali, dengan berlutut di hadapan sang master siswa itu menyatakan penyesalan dan memohon pengampunan seraya berkata:
"Guru, maafkan saya. Saya telah memecahkan pot bunga anggrek kesayangan Anda. Saya bersedia menerima segala macam hukuman. Saya mohon welas asih sang guru agar tidak marah!"
Setelah mendengar laporan siswa itu Master Cin Tai dengan tenang menjawab:
"Saya menanam bunga anggrek, tujuan yang pertama adalah untuk memberikan
persembahan kepada Sang Buddha. Tujuan yang kedua untuk memperindah
lingkungan. Saya menanam bunga anggrek ini bukan bertujuan untuk melampiaskan amarah"
Kita datang ke dunia ini, bukan untuk melampiaskan angkara murka dan juga
bukan untuk menikmati rasa kesal. Hubungan suami istri, mendidik anak, hubungan antar teman dan relasi, jika dilakukan dengan menghayati kata-kata yang diucapkan Master Cin Tai "SAYA MENANAM ANGGREK BUKAN BERTUJUAN UNTUK MELAMPIASKAN AMARAH " maka kesalahpahaman dan ketegangan akan berkurang banyak.
Orang yang batinnya penuh dengan welas asih, melihat dan merasakan segala sesuatu dengan perasaan tenang dan gembira. Orang yang batinnya dapat merasakan keheningan di dalam jalan kebenaran akan merasakan keindahan hidup ini. Orang yang dapat mengerti dan menghayati Kebuddhaan di dalam batinnya akan selamanya berbahagia.
Kita datang ke dunia ini bukan untuk melampiaskan amarah. Kata-kata tersebut memusnahkan kabut kelam dalam sanubari, dan memberikan inspirasi, kegembiraan, ketenangan serta kedamaian bagi batin kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar