Salah satu orang yang paling berhikmat di negeri China adalah Lao Zi. Namun Lao Zi juga belajar banyak dari gurunya yang memiliki hikmat sangat tinggi. Nama gurunya adalah Shang Rong. Shang Rong mempunyai pemikiran yang sangat brilian dan dalam. Ia juga mempunyai cara mengajar yang dikagumi oleh Lao Zi, karena itu ia merasa gurunya yang membuatnya sangat berhikmat.
Pada suatu hari, dalam usia yang sangat lanjut, Shang Rong sakit parah. Demi mendengar guru yang sangat dikasihani dan dikaguminya sakit. Lao Zi meninggalkan pekerjaannya dan pergi membesuk Shang Rong. Saat itu Lao Zi sangat kuatir dengan gurunya tidak akan bisa bangun lagi. Karena itu, dia bertanya kepada Shang Rong, “Apakah ada yang bisa saya bantu dan apakah ada pesan-pesan yang sangat penting?”
Dengan suara yang masih bisa didengar dengan jelas, Shang Rong berkata, “Jika kamu pergi dan melewati sebuah desa tua, kamu haru turun di sana.”
Lao Zi agak heran dan bertanya, “Apakah itu berarti saya tidak boleh menjadi orang yang lupa akan desa tua atau kampong halaman?”
Shang Rong menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Jika kamu melewati pohon tua yang tinggi besar, harus berlari dengan langkah kecil!”
Lao Zi menjawab, “Apakah maksudmu yang penting adalah orang muda harus menghormati orang yang tua?”
Sambil tersenyum Shang Rong menggelengkan kepalanya lagi. Setelah itu mereka berdua diam sejenak. Shang Rong memikirkan sesuatu untuk dikatakan, sementara Lao Zi memikirkan apa maksud gurunya.
Tidak berapa lama kemudian Shang Rong membuka mulutnya lalu bertanya, “Apakah lidah saya masih ada?”
Lao Zi menganggukkan kepalanya dan menjawab, “Masih ada!”
Lalu Shang Rong melanjutkan pertanyaannya, “Apakah gigi saya masih ada?”
Setelah melihat, Lao Zi menjawab, “Sudah tidak ada satu pun guru yang tertinggal!”
Shang Rong kembali bertanya, “Apakah kamu tahu apa arti yang hendak saya sampaikan?”
Setelah berpikir sejenak, Lao Zi menjawab, “Apakah guru ingin menyampaikan bahwa gigi itu keras dan karena itu rontok duluan. Dan, lidah itu lebih lembut dan fleksibel, karena itu umumnya lebih tahan lama daripada gigi?”
Dengan senyum bangga, Shang Rong memuju muridnya, “Kamu sekarang sudah mengerti rumus penting kehidupan.”
Pada suatu hari, dalam usia yang sangat lanjut, Shang Rong sakit parah. Demi mendengar guru yang sangat dikasihani dan dikaguminya sakit. Lao Zi meninggalkan pekerjaannya dan pergi membesuk Shang Rong. Saat itu Lao Zi sangat kuatir dengan gurunya tidak akan bisa bangun lagi. Karena itu, dia bertanya kepada Shang Rong, “Apakah ada yang bisa saya bantu dan apakah ada pesan-pesan yang sangat penting?”
Dengan suara yang masih bisa didengar dengan jelas, Shang Rong berkata, “Jika kamu pergi dan melewati sebuah desa tua, kamu haru turun di sana.”
Lao Zi agak heran dan bertanya, “Apakah itu berarti saya tidak boleh menjadi orang yang lupa akan desa tua atau kampong halaman?”
Shang Rong menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Jika kamu melewati pohon tua yang tinggi besar, harus berlari dengan langkah kecil!”
Lao Zi menjawab, “Apakah maksudmu yang penting adalah orang muda harus menghormati orang yang tua?”
Sambil tersenyum Shang Rong menggelengkan kepalanya lagi. Setelah itu mereka berdua diam sejenak. Shang Rong memikirkan sesuatu untuk dikatakan, sementara Lao Zi memikirkan apa maksud gurunya.
Tidak berapa lama kemudian Shang Rong membuka mulutnya lalu bertanya, “Apakah lidah saya masih ada?”
Lao Zi menganggukkan kepalanya dan menjawab, “Masih ada!”
Lalu Shang Rong melanjutkan pertanyaannya, “Apakah gigi saya masih ada?”
Setelah melihat, Lao Zi menjawab, “Sudah tidak ada satu pun guru yang tertinggal!”
Shang Rong kembali bertanya, “Apakah kamu tahu apa arti yang hendak saya sampaikan?”
Setelah berpikir sejenak, Lao Zi menjawab, “Apakah guru ingin menyampaikan bahwa gigi itu keras dan karena itu rontok duluan. Dan, lidah itu lebih lembut dan fleksibel, karena itu umumnya lebih tahan lama daripada gigi?”
Dengan senyum bangga, Shang Rong memuju muridnya, “Kamu sekarang sudah mengerti rumus penting kehidupan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar